Selasa, 03 Januari 2012

Tegar

Terkadang menjadi sendiri itu bukan pilihan. Tapi suatu keadaan yang memaksa. Dilahirkan dengan perbedaan itu bukan kehendak kita. Dan memang bukan. Karena kalau boleh meminta, kalau boleh memilih, setiap orang ingin dilahirkan normal. Sehingga tidak ada satuhalpun yang harus dia tutup tutupi dengan segala cara.

Tapi hidup , lahir dan apa yang harus kita jalani itu bukan pilihan, tapi adalah keharusan. Aku juga tak ingin begini. Merasakan kegalauan dan segala hal yang seharusnya aku tak tau dan tak pernah aku rasakan. Aku juga tak pernah mintanya. Tapi ketika semua itu terjadi, apa yang hendak aku katakan?

“ tak ada, selain pasrah dan menerima” jawabku padanya kala itu.

Aku menghela nafas. Letih serasa menggelayuti pikiran dan tubuhku.” Aku ingin sepertimu, ingin seperti kalian, seperti yang lain. Aku ingin dilahirkan dengan cara yang sama. Tidak pernah ingin berbeda walau kata orang itu keren. Bagiku itu kutukan…..!”

Tapi mereka diam. Dunia diam, dan aku memilih untuk membisu dan menjalani semua ini dengan tegar. Aku ingin terlihat tegar, memotifasi diri sendiri dan berusaha terlihat tegar agar orang lainpun bisa tegar. Tapi aku tak bisa membohongi diriku sendiri. Aku rapuh, dan sesekali aku ingin untuk menumpahkan air mata ini untuk membuat hati ini bisa lebih bernafas. Dan di saat sepeti itu, aku tak ingin di tertawakan.

20 komentar:

  1. Tegarlah saudaraku...
    kita tidak pernah tau rahasia apa dibalik pemberian dari Allah, tidak ada yg buruk pemberian Allah, semua sdh di ukur dgn kemampuan hambanya, jangan menghakimi sbg sebuah kutukan, Allah tidak akan memberi kutukan pada seorang muslim, melainkan memberikan ujian dan menunjukkan kebesaran-Nya utk meningkatkan keimanan, kerapuhan jiwa hanya karena kita salah menyikapi pemberian Allah... "Ana inda dzanni abdibi" Aku (Allah) mengikuti prasangka hamba-Ku, maka berprasangkalah yang baik kepada Allah...

    BalasHapus
  2. @Insan Robbani ya kang, makasih atas semua masukannya selama ini ....

    BalasHapus
  3. memang... bertahan hidup tuh kadang harus bersikap lembut, walau hati panas bahkan terbakar sekalipun... :)

    #kutipan dari lagu iwan falsyang judulnya Di Ujung Abad

    BalasHapus
  4. @Sam suatu saat kita akan mengerti sam, kalau ada hal yang gak bisa untuk di buat bahan berncanda. ada saat di mana kita harus berempati, walau itu hanya di dunia maya sekalipun. suatu saat, kita harus tahu, kalau sebenarnya dunia ini tak seindah sebuah fiksi, atau sebuah lagu, segalau apapun lagu itu....

    BalasHapus
  5. prok...prok...prok...
    jadi terharu T_T

    BalasHapus
  6. berkunjung dimari
    belajar teguran untuk 'tegar' di lapak ini
    terkadang...ketika Allah menguji kita dengan secuil kuasanya untuk membolak balikkan emosi, kita akan berburuk sangka pada Sang Pemilik Jagad...tapi kurasa tegar dan ikhlas adalah jalan keluarnya...

    nice share bang Ridwan
    salam ukhuwah^^

    BalasHapus
  7. @Phuji Astuty Lipi salam ukhuwah juga, semoga ada manfaat yang bisa di ambil .....

    BalasHapus
  8. tegar.. itulah sifat yang ingin sy coba bangun dlm diri.. karena terkadang hati ini melemah dan tak bisa tegar.. belajar tegar.. salah satunya melalui postingan ini mas.. trimakasih.. :')

    BalasHapus
  9. ketegaran adalah sifat utuh dari sang insan,,dikarenakan dunia yang menantang ,,,dibutuhkan ketegaran yang merangsang,,,itulah elok sebuah kehidupan,,

    salam bloofer,,dan terus berkarya mas,,:)

    BalasHapus
  10. @farel_irak salam bloofer juga, aku tunggu karya kamu berikutnya....

    BalasHapus
  11. apa pun yg terjadi berjalan lah tanpa henti ...harus tegar agar tak merapuh..laa tai asu min rahmatillah....keep smile ..

    BalasHapus
  12. bener sekali, @meutia rahmah. amin, tapi ngomong ngomong, apa itu arti 'laa tai asu min rahmatillah'?

    :)

    BalasHapus
  13. Terkadang manusia memang harus berpura-pura tegar untuk menutupi kerapuhannyaa..
    Bukannya munafik. Hanya tak ingin membebani orang lain disekitarnya..
    semoga kita termasuk kedalam jajaran manusia yang tegar ya om.. Aaamiin..
    ^-^

    BalasHapus
  14. Iyyah..
    Disaat kerapuhan itu hadir.. seakan memang hanya kita yang merasakannya..
    merasakan semua kegalauan ini.. tyada yg lain hanya kita.. dan sepertinya .. tak ada yang mampu mengobatinnya..
    entah siapa .. entah kenapa..
    Namun.. yakinlah.. kita ada bukan karena suatu yang sia-sia.. bersabarlah atas segala sesuatu.. mari saling mengingatkan , bahwa sesungguhnya Kepada Alloh lah semua masalah seharusnya dikembalikan.. ^_^

    BalasHapus
  15. begitulah kawan hidup ini. Berusaha tegar. Tapi hatiku terus bicara "sampai kapan ku harus berdiri tegar melawan semua ini?". Sempat terbersit untuk mengakhiri hidup. Tapi ternyata tak berakhir. Kematian hanya perpindahan alam. Alam yang sepi

    BalasHapus
    Balasan
    1. memilih mati bukanlah solusi, tapi akan menambahkan masalah diatas masalah. tegarlah ...

      Hapus
  16. Aku juga pernah merasakan galau seperti itu waktu remaja. Menjadi bahan tertawaan memang amat menyakitkan. Dalam kemarahan bahkan aku pernah menampar pipi seorang teman. Laki-laki. Dia begitu ketakutan melihat kemarahanku.
    Sejak itu... aku tak perduli dengan cemoohan orang... sebab aku sudah tau... mereka ternyata hanya pengecut dan kerdil.

    BalasHapus

silahkan berkomentar di kolom komentar ini untuk meninggalkan jejak di blog ini. gunakan komentar anda sebagai bukti kunjugan anda ke blog ini. terimakasih.
.
.
.