Dia adalah sahabat baikku sejak kami
belum bisa mengeja abc dan melantunkan ayat ayat suci di surau dekat rumah
kami. Dina namanya. Seorang gadis keturunan Jawa-Ambon yang berwajah manis.
Banyak orang bilang, dia lebih pantas
terlahir sebagai keturunan Minang daripada suku manapun yang ada di negeri ini.
Tapi apapun kata mereka, apapun dan darimanapun Dina berasal, yang aku tahu
hanyalah kalau dia itu orang yang benar benar pantas untuk aku jadikan sahabat.
Orang yang tidak hanya bisa mengerti aku, tapi lebih dari itu, dia sangat
pantas untuk aku sebut sebagai seorang kakak.
Tapi hari ini Dina tergolek lemas di
sampingku. Kepalanya terkulai lemah di atas pangkuanku. Darah tak henti
hentinya mengalir dari setiap bagian tubuhnya. Bibirnya yang kemarin merah
ranum dengan senyum cerianya yang khas, hari ini berganti menjadi bibir yang
merah karena...