Tampilkan postingan dengan label catur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label catur. Tampilkan semua postingan

Jumat, 10 Februari 2012

Solat Gaya Kodok



“ Hei, mau kemana “ Protesku melihatnya beringsut hendak pergi.

“ sebentar…” ulangnya, tetap lembut.

“ Tapi ini belum selesai bung…” Aku menatap heran, beralih dari wajahnya ke arah papan catur.

“ Caturnya bisa nanti disambung lagi, aku mau solat”

“ Solat?”

“ Ya, solat, sebentar aja..”

“ Solatnya ntar aja kan bisa, kelarin caturnya dulu, setengah jam lagi selesai ini bung..”

“ Setengah jam? Lima menit lagi gak ada jaminan aku masih hidup bung.”

“ Waduh…” 

Aku hanya bisa menggaruk garuk kepala melihatnya berlalu ke dalam rumah. Ada apa dengan dia? Tumben sekali sikapnya seperti ini. Apa ini yang namanya hidayah? Rasanya sebelum siang ini, dia tidak pernah seperti ini. Dia itu tidak jauh beda denganku. Solatnya, solat gaya kodok. Sukanya melompat. Dari duhur bisa bisa melompat ke maghrib atau isyak langsung. Atau kalau lagi kuatnya melompat, bisa bisa berhari hari tidak sembahyang. Nah ini, ada apa dengannya? Hidayah? Apa sebabnya? Apa gara gara catur? Heh, aneh sekali….

Lima belas menit kemudian dia kembali lagi, tapi moodku untuk main catur hilang sudah.

“ Ayo lanjut…” serunya seraya duduk menghadapi papan catur yang sama sekali belum aku sentuh sejak tadi.

“ Gak …”

“ Kenapa?”

“ Males…”

“ Serius ne?”
Aku menoleh kearahnya dengan mimik wajah yang serius. 

“ Oke….” Serunya. “ Kamu dongkol gara gara aku tinggal solat?”

Aku tidak menjawab. Entahlah, tiba tiba malas saja untuk berbicara dengannya.

“ Kamu gak lihat tadi yang di TV itu?”

“ Apaan? “ aku penasaran.

“ Kejadian di Tugu Tani itu?”

“ Kecelakaan itu?”

“ Ya,”

“ Emang kenapa?” aku mulai benar benar penasaran dengan apa yang dia pikirkan.
 
“ Sekarang orang mati itu bisa tiba tiba, kapan saja dan di mana saja bro. orang  orang  lagi melintas di jalan, udah di trotoar, masih aja mati di tabrak mobil nyasar. Lagi enak enak sama keluarga di rumah, mati ketimpa rumahnya yang di goyang gempa. Kamu gak tau tetangga kita itu? Pak Hamdan? Lagi minum kopi di rumahnya tiba tiba jantungnya berhenti berdetak.”

Aku Cuma bisa diam. Entahlah…

“ Kita gak pernah tahu kapan kita mati bro, dan aku gak mau mati koyol. Kalau bukan sekarang, kapan kita mu tobat?”

Aku tergidik,

“ Kamu kapan mau rajin solat? Kapan mau tobat? Tunggu sekarat dulu baru tobat?”
READ MORE - Solat Gaya Kodok

Baca juga yang ini