(Part 1 bisa dibaca di sini)
Sms dari Haf Sari kembali masuk beberapa saat
kemudian.
“Kalian di mana? Aku sudah di dekat air mancur
ini.”
“Kang, Haf Sari sudah di sini nih, tapi mana dia ya?”
kataku pada kang Insan sambil menebarkan padangan kesegala arah, berharap
menemukan sosok teman baru yang satu ini ditengah keramaian Kebun Bibit.
“Coba di sms.” Jawab kang Insan.
“Kamu di sebelah mana? Kok gak kelihatan?” satu
sms aku kirimkan ke Haf Sari.
“Di dekat orang yang lagi melukis.”
Aku kembali celingukan mencari sosok Haf Sari yang
belum juga kelihatan batang hidungnya. Bahkan kang Insan dan Adi pun akhirnya
juga berdiri tak jauh dariku dan mulai mencari cari.
“Itu dia.” Kang Insan setengah berbisik ke telingaku
sambil menunjuk seorang cewek berbaju hitam dan bercelana jeans mirip anak
hilang di tengah keramaian. Kalau sekali lagi aku ingat saat pertama kali pandanganku
jatuh pada sosok bloofer yang satu ini, aku pasti akan selalu ingat akan
kegigihannya untuk datang ke acara ini. Kegigihan yang patut kita acungi jempol
dan rasa salut yang mendalam.
Haf Sari tersenyum lebar saat untuk pertama kalinya
dia melihat kami bertiga berjajar menanti kedatangannya. Dengan sedikit malu
malu, dia menghampiri kami dan mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan kami
satu persatu.
“Cuma ini yang dateng?” Tanyanya setengah histeris
melihat hanya ada tiga bloofers yang menyambutnya.
“Ya, cuma bertiga, berempat sama kamu.” Kata kang
Insan menjelaskan.
“Ratri? Katanya mau dateng?”
“Gak jadi, ada urusan lain katanya.” Kang Insan
menjelaskan dengan setengah kecewa.
“Jadi aku cewek sendirian?” Tanya Haf Sari ingin
menegaskan keberadaannya di tengah tengah kami. Kang Insan tersenyum sebagai
jawabannya. “Waduh…, wanita disarang penyamun ini ceritanya…” Canda Haf Sari
yang diikuti gelak tawa kami.
***
Setelah Haf Sari duduk untuk melepas penat sejenak,
kang Insan memutuskan untuk mencari tempat berkumpul yang lebih kondusif. Setelah
berberapa saat mencari tempat yang kira kira cocok, akhirnya kami memutuskan
untuk duduk melingkar di sebuah bangunan terbuka bekas perpustakaan Kebun
Bibit. Di sana ada beberapa orang yang berkumpul membentuk lingkaran bersama
komunitasnya masing masing. Ada yang terlihat bercanda dengan sesama
anggotanya, ada yang terlihat serius membicarakan entah apa, ada juga sebuah
keluarga yang menikmati bekal yang mereka bawa dari rumah.
Kang Insan, sang koordinator, dengan materi blognya yang selalu 'nendang' |
Haf Sari bersama semangat dan kegigihannya. |
Adi, bloofer dengan puisi yang dalam dan sarat makna. |
Tak berapa lama kemudian kang Insan mulai membuka
acara SBm yang pertama ini. Acara di buka dengan bacaan basmalah dan
dilanjutkan dengan ungkapan kang Insan tentang betapa bahagianya dia bisa
berkumpul bersama anggota bloofers yang lain untuk pertama kalinya. Walau sebenarnya
aku dan kang Insan pernah bertemu dalam sebuah kesempatan singkat di tepi
jalan, tapi jelas, kali ini suasananya jauh berbeda. Dengan tambahan Adi dan
Haf Sari di tengah tengah kami, acara SBm yang pertama ini memberikan kesan
yang sungguh berbeda dan menyenangkan.
“Aku bangga bisa berada bersama orang orang hebat
seperti kalian, seperti anggota bloofers yang lain juga.” Kata kang Insan pada
kami. Mungkin kang Insan tidak menyadari, bahwa sebenarnya kamilah yang begitu
bangga bisa berkumpul, bertatap muka dan berdiskusi dengan seorang yang punya
blog yang begitu bisa menginspirasi kami. Kang Insan, seorang blogger yang
bukan sembarang blogger. Tulisannya yang begitu indah, enak di baca dan selalu
bermuatan keagamaan yang kental sudah lama membuat kami seperti selalu dituntun
untuk selalu berbuat baik. Kalaupun ada blog yang bisa membuatku merasa
tertohok, itu pasti adalah blognya.
Setelah acara di buka, kang Insan memberikan
kesempatan pada kami masing masing untuk memperkenalkan diri secara singkat. Ada
beberapa hal kecil yang baru kami ketahui saat perkenalan itu. Hal hal kecil
yang membuat kami tertawa dan bisa lebih mengenal satu sama lainnya.
“Ok, sekarang kita sudah berkenalan. Bagaimana kalau
selanjutnya, kita mengulas sedikit tentang blog kita masing masing.” Kata kang
Insan seraya menatap kami satu persatu. Adi menganguk. Bloofer yang satu ini
memang paling irit kata kata diantara kami berempat. Begitu iritnya, mungkin
kata kata yang dia keluarkan selama acara SBm ini berlangsung tak lebih dari
panjang dari sebuat rangkaian kata dalam sebuah fiksi mini saja. Sedangkan aku,
kang Insan dan Haf Sari sudah merajut sembuah novelet atau bahkan novel secara
langkap.
“Boleh.” Jawab Haf Sari.
“Kalau begitu, dimulai dari kang Insan aja, kasi
contohnya.” Kataku sambil menatap kang Insan yang tersipu.
“Hm…, Begitu ya? Boleh.” Kang Insan lalu
menceritakan sejarahnya ngeblog. Dulu, katanya dia punya blog lain yang isinya
lebih umum dari pada blog yang dia kelola sekarang. Tapi blog itu sudah dia
tinggalkan. Kang Insan ingin lebih fokus dan berkomitmen untuk mensiarkan agama
ini lewat tulisan tulisannya di blognya yang sekarang.
Kesempatan kedua jatuh padaku. Waktu itu aku menjelaskan
kalau blogku yang sekarang ini juga bukan blog pertamaku. Blog pertamaku dulu
adalah La Ranta. Nama La Ranta itu aku ambil dari bahasa Madura yang berarti ‘sudah
beres’. Seperti halnya blog pertama kang Insan, blog ini juga sudah aku nonaktifkan.
Alasannya sederhana saja, diantara sekian banyak posting yang ada di sana, yang
merupakan hasil karyaku sendiri hanya sekitar 25 persen dari keseluruhan
posting, sendangkan sisanya, hasil copas dari blog lain. Walau dalam proses
copas itu aku selalu menyertakan link asalnya, tapi aku merasa kalau La Ranta
bukan refleksi dari diriku sendiri.
“Seorang Blogger adalah penulis, bukan sekedar pengumpul link belaka.”
Selanjutnya giliran Adi untuk menjelaskan tentang
blognya. Menurutnya, pertama kali tergerak untuk membuat sebuah blog adalah
karena terdorong oleh kesukaannya membaca. Dia sering blog walking ke
blog blog orang lain. Dari sanalah dia ingin untuk memberikan komentar pada
blog blog yang dia datangi.
“Untuk berkomentar, kita harus punya id, bukan. Maka itu, sekalian aku buat juga
blognya.”
“Kalau boleh tahu, id kamu apa?”
“D’anonim.”
“Ouh itu kamu…, ya ya… baru tahu aku…”
Kang Insan menilai blog Adi ini keren. Puisi puisi
singkatnya penuh dengan kiasan dan pesan yang mendalam. Mendengar itu, sekali
lagi teman kita ini hanya bisa tersenyum dengan pipi yang memerah. Benar benar
orang yang irit kata kata.
“Blog pertamaku dulu sering bermasalah.” Kata haf
Sari ketika dia mulai menjelaskan tentang blognya. Blog pertamanya itu, menurut
dia menggunakan namanya sendiri. Tapi entah mengapa, selalu saja ada masalah di
blog itu. Hingga suatu saat, dia memutuskan untuk menggukan nama yang sekarang
dia pakai untuk blognya. “Dan sejak saat itulah, blogku bebas dari masalah
sampai sekarang.”
Perkenalan dan pembahasan blog masing masing sudah
selesai. Menyenangkan sekali rasanya bisa berbagi seperti ini. Kami tidak lagi
di batasi oleh dunia yang tak nyata yang kami namakan internet. Lebih dari itu,
kami jadi bisa lebih tahu, bahwa blogging itu sebenarnya bukan proses yang
sederhana. Blogging perlu proses, ada pembelajaran di dalamnya, ada sikap
saling menghargai, sikap saling care, sikap saling mengingatkan dan proses
untuk selalu belajar dan berkarya.
Setiap blog dan blogger adalah unik, mereka punya
karakter masing masing. Tugas kita adalah untuk menghormati keunikan itu dan
mengambil setiap pelajarang positif yang ada di dalamnya.
Dalam kesempatan ini juga, kang Insan berbagi
pengalaman tidak menyenangkannya saat postingan di blognya di copas habis
habisan oleh blogger lain tanpa pemisi dan tanpa mencantumkan link ke blog kan
Insan. Kang Insan berbagi tips bagaimana menghadapi seorang blogger seperti
ini.
“Mulanya kaget juga saat tahu ternyata sudah ada
tujuh posting di blog dia yang dia ambil langsung dari blogku dan di klaim
sebagai hasil tulisannya sendiri.” Kang Insan berkisah. “Mulannya aku add dulu facebooknya.
Setelah dia terima, aku kirimi dia pesan untuk sekedar berbasa basi dan
berkenalan mulanya. Lalu aku tanya, apakah posting di blognya itu tulisan dia
sendiri. Dia jawab itu tulisan dia sendiri. Nah saat itulah aku mentahkan
argumennya dengan memberikan link ke blogku sendiri yang dia copas langsung ke
blognya. Saat itulah dia menyadari kesalahannya dan minta maaf.”
Kami manggut manggut mendengarnya. Sebuah sharing
yang berharga dari kang Insan.
Beda lagi dengan Haf Sari yang berkisah tentang
bagaimana cara ‘menjual blog’. Aku sebenarnya tidak begitu faham dengan apa
yang di utarakan Haf Sari tentang ini. Maka itu, tidak aku sampaikan secara
mendetail tentang apa yang dia sampaikan. Buat kalian yang berminat dan
tertarik, coba langsung saja hubungi yang bersangkutan.
Aku juga di minta untuk berbagi tips dalam tulis
menulis oleh kang Insan dan yang lain. Aku sebenarnya bingung mau berbagi tips
apa. Aku merasa aku bukan seorang penulis,bahkan aku belum punya satu karyapun
yang bisa aku banggakan di depan yang lain. Tapi atas desakan yang lain, aku berikan
beberapa tips tulis menulis yang pernah aku dapatkan dari beberapa sumber.
Yang pertama, untuk mencari ide itu sebenarnya
sangat mudah. Kita bisa mendapatkan ide di mana saja, bisa di dijalan, dirumah,
di sekolah, terminal, dan tempat tempat lain.
“Duduk dan perhatikan sekeliling.” Itu tips dariku. Mulailah
mempertajam kepekaan akan kejadian kejadian kecil di sekitar kita dan mulailah
berlajar berimajinasi. Akan selalu ada ide yang datang bagi mereka yang mau
mencarinya.
Yang kedua, untuk menjadi penulis yang, maka jadilah
pembaca yang baik. Dengan membaca kita bisa membandingkan mana tulisan yang
baik dan mana tulisan yang kurang baik. “Tapi tidak ada tulisan yang salah dan
yang benar, yang ada hanya yang baik cara penyampaiannya dan yang kurang baik
penyampaianya. Itu saja.” Jelasku pada mereka.
Yang ketiga, ketika kita baru saja masuk di dunia
tulis menulis, ada baiknya kita melakukan penelaahan dan meniru karakter
tulisan penulis penulis senior. “ Itu sah sah saja, selama kita tidak melakukan plagiat. Kita hanya boleh
meniru gaya tulisan dan gaya bahasanya. Tapi percayalah, suatu saat, kita akan
menemukan jati diri kita sendiri. Jadi jangan khawatir, sekarang boleh meniru,
suatu saat, kita akan membangun karekter kita sendiri.”
Sedangkan dari kang Insan, dia juga menambahkan
beberapa poin tentang tampilan blog yang menarik pengunjung. Yang pertama, blog
itu harus punya ciri khas yang kuat, bukan blog yang bercampur baur. Misal kita
punya blog yang berisi tentang otomotif, itu berarti kita harus selalu
mengisinya dengan posting yang berisi tentang otomotif saja, jangan sampai blog
otomotif kita itu kita isi juga dengan curhatan hati kita. Blog yang punya ciri khas yang kuat, akan
mudah diingat oleh pengunjung.
Yang kedua, blog harus punya posting yang susunan bahasanya
enak dibaca, tidak melompat lompat. Ini juga memperngaruhi pembaca untuk
kembali lagi berkunjung ke blog kita atau dia tidak akan pernah lagi kembali
berkunjung karena bahasa tulis kita yang amburadul.
Ketiga, sebaiknya di hindari tampilan atau widget
widget yang menyebabkan blog berat saat loading. Blog yang lama loading
pembukaanya, biasanya langsung di tinggalkan oleh pengunjung, bahkan saat blog
itu belum sepenuhnya terbuka dan sempat di baca isinya.
Keempat, sebuah tambahan dari Haf Sari, dia
berpendapat bahwa blog yang terlalu banyak iklan juga kurang enak untuk di
kunjungi, begitu pula blog yang mengharuskan pengunjung untuk mengisi isian
tentang nama pengunjung dan sebagainya saat loading blog.
"Berilah kenyamanan pada pengunjung blog, maka blog kita akan diingat oleh setiap orang yang berkunjung."
***
Sebenarnya masih banyak hal hal yang kita bahas
dalam acara SBm yang pertama ini. Tapi mungkin karena keterbatasan ingatanku,
maka aku hanya bisa menyampaikan hal yang aku ingat saja. Semoga ini bisa
bermanfaat bagi teman teman semua, dan bisa menjadi inspirasi untuk SBm selanjutnya
dan acara Bloofmeet di daerah lain.
“Bolehlah yang datang hari ini cuma empat orang,
tapi dari sinilah kita akan membangun masa depan bloof dan dunia per-blog-an
menuju arah yang lebih baik.” Kata kang Insan menggebu gebu. “Aku juga berharap, semoga di acara
selanjutnya yang hadir bisa lebih banyak dari yang sekarang, acaranya bisa
lebih bermakna dan bisa mendatangkan lebih banyak perubahan.”
Acara ditutup dengan hamdalah. Aku, Adi dan Kang
Insan berjalan bersama menuju pintu keluar dari kebun Bibit, sedangkan Haf Sari,
si ‘anak yang hilang’ melanjutkan perjalananya menjelajahi setiap inci dari
kebun bibit.
Hari itu, Minggu, 22 April 2012, menjadi hari yang
bersejarah untuk bloofers Surabaya. Tak sabar rasanya untuk menantikan SBm yang
ke dua.