Rabu, 22 Februari 2012

Usir Dia!

Aku tereranjat sambil memekik, “ Astaghfirullah .....”

Tapi semua yang hadir di sana rupanya sudah mengetahui hal itu. Mereka tetap pada tempat berdiri masing masing dengan ekspresi penuh curiga dan rasa jijik yang tidak juga berubah.

“ Tuduhan apa yang kamu tuduhkan padaku itu bu, aku tidak serendah yang kamu katakan, astaghfirullah..., astaghfirullah.....” aku beristighfar berkali kali. Sakit sekali rasanya dada ini dituduh denngan tuduhan yang begitu kejam itu.

Bu RT berdiri dan segera berjalan kearahku. Beliau duduk di tangan kursi yang sedang aku duduki. Di peluknya tubuhku yang rasanya sudah sempoyongan ini. “ Sabar bu, sabar.....,” lirihnya.  “tarik nafas dalam dalam, Istighfar.....”

“ Halah, jangan sok suci sampean bu, la wong saya lihat sendiri. Dengan mata kepala sendiri. Beberapa malam ini ada lelaki yang masuk ke sini kalau malam malam. apa yang kalian lakukan malam malam kemarin? Apa yang dilakukan seorang janda seperti sampean sama lelaki muda kalau bukan mengotori kampung kita. Bener gak bapak bapak ibu ibu.....”

“ Bener.....”

“Usir....”

“ Ya usir aja... memalukan.....”

Aku makin terhuyung di teras rumahku sendiri ini. Udara seakan menipis, membuatku semakin kesulitan untuk bernafas. Aku terus beristighfar. Tidak tahu apa yang harus aku katakan. Otakkku ini, seolah menengang dan tidak bisa berfikir dengan jernih.

“ Sabar bapak bapak, sabar ibu ibu... biarkan bu Salimah menjelaskan dulu... tenang tenang....” Pak RT berusaha menenangkan warga yang sudah terhasut oleh fitnah wanita keji itu.

“ Nah itu dia....” Tiba tiba wanita keji itu berteriak lantang sambil menunjuk sesosok lelaki yang baru saja keluar dari pintu rumahku.

“ Dia? “ tanya pak RT ingin meyakinkan tuduhan itu.

“ Ya dia....” wanita keji itu berkoar sambil melotot kearah lelaki muda yang hanya mengenakan handuk di ambang pintu rumahku.

“ Dia? “ tanya yang lain seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“ Astaghfirullahhaladzim.....” Pak RT dan beberapa yang hadir beristighfar hampir serempak.

“ Dia itu Salim bu, anaknya bu Salimah...” jelas Bu RT.

“ Anaknya?” tanyanya setengah terperanjat. “ Bohong...!!!” protesnya.

“ Kenapa kami harus berbohong bu, itu adalah anak dari bu Salimah. Memang Salim itu kerjanya pergi pagi pulangnya malam malam. maka itu mungkin kita jarang melihat Salim di rumah kalau siang hari...” Pak RT berusaha mejelaskan dengan bijak.

“ Tapi...” wanita itu masih saja ingin berkilah. Wajahnya sekarang memerah, malu tak tertahankan.

“ Maka dari itu bu, kalau ada apa apa, di tanyakan dulu sampai jelas, baru di utarakan. Jangan seperti ini lagi. Bukankah di kampung lama sampean di usir gara gara prasangka sampean dan fitnah fitnah sampean yang meresahkan warga? Berapa lama sampean di kampung ini bu?”

“ Lima hari...” lirihnya, wajahnya tertunduk dalam dalam.

“ Maka benarlah, kalau ada yang bilang, mulutmu harimaumu. Maka jagalah mulutmu baik baik...”

20 komentar:

  1. wah dasar ibu-ibu tukang gosip itu. main suruh usir aja. hehe.. tapi kadang emang fitnah dan ghibah melalui mulut ke mulut tak terkendali. astagfirullah.. jauhkanlah kami dari kekotoran prasangkan dan mulut kami ya Rabb..

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener irma,
      amin, semoga kita dijauhkan dr sifat2 itu ...

      Hapus
  2. "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya kelak pasti akan dimintai tanggung jawabnya."

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener kang
      maka itu mari jaga sebaik baiknya ...

      Hapus
  3. mengulang komen yang kemaren gagal...

    aku suka om, fiksi mu, nmbah aku reverensi untuk belajar bikin cerita juga... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih selvi,
      mari terus belajar bersama tanpa pernah merasa bosan,

      Hapus
  4. KUrang gregetnya. Kalau gregetnya dibuat lebih dramatis, akan jadi booom meledak deeeh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih masukannya bunda,
      aku jadi lebih bersemangat untuk terus belajar

      Hapus
  5. fiksi namun tersa nyata..

    salam kenal dan follow juga
    Revolusi Galau

    BalasHapus
  6. aku suka fiksinya kang ^^
    oh iya kang, setelah tanda (")biasanya gak pakai spasi

    “ Bener.....”

    “Bener.....”

    ^^v aku tunggu fiksinya lagi kang ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih atas kunjungan dan masukannya...

      silahkan berkunjung lagi ya... :)

      Hapus
  7. kuisah yang juga ada dalam realita bermasyarakat... padahal setiap tindakan yg kita lakukan akan kembali ke diri kita sendiri dan akan dimintai pertanggungjawabannya nanti..
    semoga kami terlindung dari segala fitnah dan memfitnah agar ringan ketika mempertanggungjawabkannya nanti. aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener rima, semoga kita semua terhindar dari segala keburukan .....

      Hapus
  8. kunjungan sob ..
    salam sukses selalu ..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih sudah bekunjung, salam sukses juga....

      Hapus
  9. yaaahhh... kok ga ada jambak-jambakannya....

    BalasHapus

silahkan berkomentar di kolom komentar ini untuk meninggalkan jejak di blog ini. gunakan komentar anda sebagai bukti kunjugan anda ke blog ini. terimakasih.
.
.
.

Baca juga yang ini