Selasa, 10 April 2012

Kuukir Pelangi Untukmu




Haruskah aku ceritakan padamu sudah berapa jauh jarak yang kutempuh untuk kembali berdiri di sini, tempat kita dulu berkumpul menyaksikan pelangi? Atau haruskah aku ceritakan padamu sudah berapa dermaga, berapa lembah dan lautan pasir yang kuarungi untuk mencari tempat yang sama indahnya dengan tempat dulu kita mengukir pelangi persahabatan kita? Aku rasa sekarang itu tidaklah lagi penting kawan. Karena telah kuceritakan kepada seluruh dunia, betapa indahnya pelangi persahabatan kita. Ya, pelangi persahabatan indah yang pernah alam ukir hanya untuk kita. Spesial untuk kita, bukan yang lain.

“Hei lihatlah itu…!” Ani, yang termuda dari kita berseru di sore yang telah layu waktu itu.

“Pelangi…” aku bergumam, dan yang lain setengah berteriak bersamaan.

“Indahnya….!!!”

“Diam diam, aku ingin mengabadikannya…, minggir semua…” Aisyah yang paling heboh diantara kita menyeruak ke depan, menyibakkkan gerombolan kita yang tak memperdulikan gerimis untuk melihat pelangi itu lebih jelas. Kita seperti kumpulan anak TK yang sudah kadaluarsa waktu itu bukan? Tapi itu menyenangkan kawan. Julukan yang diumpatkan pada kita oleh mereka yang sirik akan kebersamaan kita.

“Tunggu Aisyah, fotomu tidak lengkap tanpa aku ada di sana…” Ani berteriak seraya berlari kecil ke depan, menembus gerimis yang turun malu malu pada kita.


“Minggir Ani, jelek tau…”

“Fotoin aku sama pelangi itu…!”

“Wajahmu gak akan jelas, jadi siluet saja ntar kalau udah jadi…”

“Itu keren Aisyah, cepetan…”

Aku masih ingat betul bagaimana Aisyah mendengus dengan wajah penuh kesal waktu itu. Wajah yang lucu, yang selalu aku kenang sampai sekarang. Aku jadi penasaran, bagaimana wajah itu sekarang? Apakah sudah mejadi wajah keibuan yang meneduhkan? Atau masih sama imutnya dengan wajahnya saat mengantarkanku ke bandara saat terakhir kita bertemu?. Wajah imut yang berurai air mata.

“Hei lihat, itu keren…”

“Ya… ya … fotonya jadi keren… aku juga mau Aisyah…. Fotoin aku juga…..”

“Gak, enak aja, sana pake punya sendiri sendiri…” Aisyah masih saja sewot.

“Tapi punyaku kameranya jelek Aisyah, ya ya… pake  punya kamu, Aisyah baik deh….”

“Kalau ada maunya, di baik baikin, coba kalau gak….”

“wehehehehhehehe….. hihihiihihihi…. Aisyah baik deh….”

“Udah cepetan sana, udah udah jangan berebut, satu satu,”

“Aku duluan…”

Tak Cuma yang cewek saja yang narsis berfoto waktu itu, bahkan aku, dan semoa orang yang cowokpun ikutan narsis nampang di depan kamera Aisyah. Ada keceriaan yang terukir waktu itu, ada tawa yang membahana, ada hati yang lapang yang tercipta. Bahkan kalian tahu kawan, tawa kalian itu telah menggema dan terus menggaung sampai sekarang dalam relung relung terdalam ingatanku. Tawa yang begitu menyejukkan, yang saat aku mendengarnya untuk sekali lagi, dan lagi, seolah sirna semua beban yang pernah ada di hati ini.

“Hei lihat, fotonya kok sama semua posenya? Ini foto siapa? Yang ini siapa?” Nick tiba tiba histeris kebingungan saat memperhatikan hasil foto yang diambil Aisyah. Dan kalian mulai ribut, mulai mengingat ngingat urutan yang di potret Aisyah tadi, Uni, Selvi, Pipi, Awa, Tia, Budhi, Amin, Aulia, aku dan kita semua mulai ribut seperti anak TK yang meributkan sekawanan semut yang lewat di depan mereka.

“Bagaimana membedakannya?”
“Gak tahu, yang pasti cuma yang jelas, ini cowok, yang itu cewek. Yang cowok semua jadi sama, yang cewek semua juga jadi sama. Kita seolah satu, kita seolah melebur dalam satu bayangan yang sama dalam foto itu.”

“Benar.”

“Bukankah kita memang satu? Bukankah kita memang sesama blogger?”

“Ya benar, karena kita memang tiada beda, tiada senior atau junior, kita dalah sahabat, kita adalah BLOOFERS bukan…”

Ah…, masih aku rasakan keharuan yang tiba tiba menyeruak diantara kita waktu itu. Keharuan yang juga masih bisa aku rasakan sampai sekarang, kawan. Keharuan yang sampai sekarang masih mampu untuk membuat mataku berkaca kaca…

Selembar foto itu sekarang masih kusimpan, kawan. Di sini, tak jauh dari jantung dan hatiku. Selembar foto yang kita beri judul “Kuukir pelangi Untukmu”. Selembar foto yang entah itu foto siapa, hanya yang aku tahu, pastinya dia adalah salah satu dari penggemar lambang etawah berwarna ungu : BLOOFERS





Ditulis secara khusus atas pemintaan dari kang Muhaimmin Tawwa, di persembahkan untuk seluruh BLOOFERS



40 komentar:

  1. wah... emang2 bener2 penulis kreatif kang Ridwan ini, dalam sekejab bisa menggoreskan apa yang ada di pikiran dan hati menjadi suatu karya yang ciamik..

    salut... salut...

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih atas komen dan doanya kang, mari terus berkarya agar dunia tahu kita ada.... :)

      Hapus
  2. wuahhh gudang inspirasi...kyak sulap, bgitu direquest sm emi...
    TINGG lngsung jadi,..hebattt^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. wegegegegegege, kapan kapan aku harus belajar sama romi rafael neh kayaknya, biar sulapanku bisa lebih manteb... :D

      makasih sudah berkunjung...

      Hapus
  3. huwaaaaaaaaaaaa..............kereeeeeeeeeeeeeeennnnnnnnnnnnn..
    terharu bacanya, subhanalloh om kreatip banget. ini mah harus dibukukan. btw, itu Aulia nama ku apa nama kang Aul yak??
    *ge-er euy ada namany terpampang

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, ada kereta api lewat nih.... :)
      kalau aulia, terserah deh mau yang mana juga boleh.... :D

      Hapus
  4. bisa gitu imajinasinya mas.. Sangat sangat terlihat sekali kemahiran dirimu dalam membuat sebuah cerita. Bloofers memang tdak ada penghalang, penghalang yang senior maupun yang junior. Karena kita adalah Bloofers.

    BalasHapus
    Balasan
    1. dengan terus belajar kang, kita bisa menjadi apapun yang kita mau. mari terus belajar dan berusaha kang... :)

      terimakasih sudah menghimpun kami dalam persahabatan yang indah di BLOOF,....

      Hapus
  5. salam bloofers kecil
    http://mahfudzalfawwaz.blogspot.com/

    BalasHapus
  6. Wow, cerita ini bener2 pernah kejadian kah? Kayaknya keren tuh kalo kopdar bisa sambil liat pelangi, hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu foto dari temen bloofer kita beneran, tapi diambil pas kopdar atau gak, aku gak tahu. aku cuma di minta bikin cerpennya aja....

      Hapus
  7. ini kopdar bloofers ya yg diangkat ke cerpen?... wah kyyeenn..

    sayang, nggak q ada.. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. kapan kapan hadirlah di kopdar, biar kamu ada di sana .... :)

      Hapus
  8. wiiiiiiiiii...so sweeeeettt...
    itu pasti poto akuuu...#maksaaa..:))

    BalasHapus
    Balasan
    1. mari bertanya pada kang Muhaimin Tawwa, sang empunya foto .... :D

      Hapus
  9. kerennnnnnnn dan terharuuu hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini....
      *** sodorkan tisu buat tia .... :)

      makasih sudah berkunjung ke mari, tia...

      Hapus
  10. Mas, ajarin aku dong buat fiksi begini..
    Maklum, aku penggemar non fiksi yang ingin hijrah ke fiksi nih..
    Benar2 keren, mas :)
    Four thumbs deh ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. kuncinya adalah, sukalah membaca karya orang yang sudah bagus. referensiku, cerpen kompas online. trus juga jangan pernah berhenti untuk terus mencoba menulis. tulis tulis dan tulis, suatu saat, kita akan jadi terbiasa ...

      selamat berkarya ...

      Hapus
  11. assalamu'alaikum kang ridwan... saya baru mmPir Afwan yah?
    hehheh

    hmmm... tulisannya bagus ternyata... saya senang tiba2 ternyata krna kita kesatuan

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalamwarohmatullahiwabarokatuh ....

      terimakasih sudah menyempatkan diri mampir ke sini ....

      Hapus
  12. waw....
    moga persahabatannya berkah insyaAllah

    BalasHapus
  13. Berkarya agar dunia tahu kita ada.... Sendu jadinya... Dan menimbulkan tanda tanya besar berikutnya "apakah dunia tahu kita ada?"

    Aku juga tak berbeda dengan yang lainnya, mengagumi sosok bersahabat seperti kakak. Yang mengabadikan momen dan kisah dalam rangkaian kata, lalu membaginya bersama tokoh-tokoh dalam ceritamu itu... Sungguh sensasi luar biasa ketika membayangkan bisa melakukannya juga suatu hari nanti.

    Pertanyaan besar, tentang apakah dunia telah menganggapku ada, akhirnya menjadikan aku sebagai penanya yang belum kunjung percaya diri. Apakah aku pernah telah memberikan satu perbedaan kecil bagi tempat aku memijak mimpi dan harapan... apakah aku semata parasit yang seringkali lupa pada muasal aku berada.... Aku bertanya besar jadinya, dan tentu, inspirasi kakak lewat quote kakak itu, telah menjadikan aku sebagai sosok yang ingin sekali lagi mencoba... Aku ingin sekali lagi mencoba, memberikan pengaruh pada duniaku.. Ingin mencobanya lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. walaupun dunia tidak pernah menganggap kita ada, atau tidak penah mengenal keberadaan kita, bagaimanapun juga kita ada, dan tidak bisa di pungkiri oleh apapun. hanya, terkadang kita butuh untuk mengaktulaisakaikan keberadaan kita...

      mari terus bergerak menuju perubahan ...

      Hapus
  14. Asslmu'alaikum. cerpennya bagus.. salam kenal mas..
    saya ini sbnrnya. baru belajar dalam menulis.. ingin menulis cerpen tapi kesulitan kalau membuat alur cerita layaknya cerpen..bisa ngasih tips gak.. gmna menggabungkan alur2 yang ada..terkadang pun membuat nya susah mencari "Klimax"..diakhir yang susah ditebak..terima kasih atas jawabnnya..oh ya..kalau sekrg baru bikin artikel2 yg biasa2 aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau trik dari aku sih, sukalah membaca, pelajari bagaimana cara mereka bercerita, pasti suatu saat kamu akan bisa menulis dengan baik dengan banyak berlatih...

      Hapus
  15. Wah... keren...
    salam bloofers ^^

    BalasHapus
  16. oi ya mas, gimana cara bikin cerpen agar ceritanya runtut gk loncat2, terus penggamabarannya juga runtut gitu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. banyak baca cerpen cerpen yang bagus untuk referensi. kalau boleh menyarankan, coba baca cerpen kompas online. setelah buat, endapkan dulu, baru nanti di edit lagi ....

      selamat berkarya....

      Hapus
  17. saya juga sering baca cerpen kompas. Ya, meskipun banyak yang mengkritik editornya. Tapi kadang2 saya bingung setelah baca. Buat saya bahasanya terlalu "Mumbul", tinggi bgt. Tapi kelebihannya cerpen kompas membuka komentar dan banyak yang komentar. Klo dari koran2 yang lain saya dapet di : http://lakonhidup.wordpress.com/

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak harus di kompas, di manapun, di media cetak juga bisa, semisal majalah remaja yang banyak cerpennya. makasih sudah kasi link ya, mari belajar bersama ...

      Hapus
  18. ini pelangi yang indah (sangaaat) :)

    BalasHapus
  19. Pelanginya masih ada ga...? Aku juga mau foto niih...

    BalasHapus

silahkan berkomentar di kolom komentar ini untuk meninggalkan jejak di blog ini. gunakan komentar anda sebagai bukti kunjugan anda ke blog ini. terimakasih.
.
.
.

Baca juga yang ini