Dia adalah sahabat baikku sejak kami
belum bisa mengeja abc dan melantunkan ayat ayat suci di surau dekat rumah
kami. Dina namanya. Seorang gadis keturunan Jawa-Ambon yang berwajah manis.
Banyak orang bilang, dia lebih pantas
terlahir sebagai keturunan Minang daripada suku manapun yang ada di negeri ini.
Tapi apapun kata mereka, apapun dan darimanapun Dina berasal, yang aku tahu
hanyalah kalau dia itu orang yang benar benar pantas untuk aku jadikan sahabat.
Orang yang tidak hanya bisa mengerti aku, tapi lebih dari itu, dia sangat
pantas untuk aku sebut sebagai seorang kakak.
Tapi hari ini Dina tergolek lemas di sampingku. Kepalanya terkulai lemah di atas pangkuanku. Darah tak henti hentinya mengalir dari setiap bagian tubuhnya. Bibirnya yang kemarin merah ranum dengan senyum cerianya yang khas, hari ini berganti menjadi bibir yang merah karena darah yang tak henti hentinya tersembur dari dalam rongga mulutnya. Bibir itu bergetar hebat, menandakan betapa sakit yang dia rasakan. Hidungnya tak lagi menghembuskan udara seperti yang setiap saat dilakukannya, tapi dari sana, mengalir darah segar yang tak kunjung henti. Matanya tertutup dengan kelopak mata yang terus saja bekedut.
Satu kali, tiba tiba saja bibirnya berhenti bergetar, dan lehernya yang semula kejang, tiba tiba saja terkulai dengan tanpa daya. Aku tersentak melihatnya, aku tak ingin kehilangan dia secepat ini. Sebuah tamparan keras, sekeras yang aku bisa kulayangkan ke pipinya yang kini hancur terparut aspal hitam.
“Plak…”
“Hei, jangan tampar dia…” Seorang dalam ambulan yang mengantarkan kami ke ICU ini berseru keras padaku. Tapi apa perduli mereka? Aku hanya tidak rela kehilangan Dina secepat ini.
“Plak…!” satu tamparan lagi aku layangkan ke pipinya yang lain saat tidak ada respon darinya dari tamparanku yang semula.
“Hentikan… jangan tampar dia, sabarlah, tenang…” yang lain lagi berusaha menghalangiku. Tapi aku tetap tidak perduli. Aku lebih membutuhkan Dina daripada ocehan mereka padaku.
Ketika masih belum ada reaksi juga darinya, aku mulai dirasuki perasaan takut yang amat sangat. Aku benar benar takut kehilangan dia. Kugoncang goncangkan tubuhnya sekeras mungkin, tapi belum juga ada reaksi.
“Din, Dina, bangun Din ..., Dina …, buka mata Din, jangan pergi …. Aku di sini Din …. Dina…., Diiinnn … “ Aku histeris memanggil namanya. Aku ingin berteriak, tapi yang keluar dari dalam kerongkonganku, hanyalah sebuah desis aneh tanpa daya dari pada sebuah teriakan yang kuat. Air mataku mulai membuncah keluar. Deras mengalir tanpa bisa terbendung. Kurangkul kepalanya yang kini tanpa daya itu dalam pelukanku.
“DINAAA….!!!”
***
“Kamu bisa lebih cepat gak sih Din, tumben banget sih kamu bawa motornya kayak keong begini. Ini sudah keburu nih, nanti keretanya keburu berangkat tahu.” Protesku pada Dina saat kami berhenti menunggu lampu lalu lintas menyala hijau.
“Ya non, bawel…, gak tahu apa kalau lagi rame kayak gini.”
“Biasanya juga gak kayak gini. Noh, ada celah noh, masuk
sana, cepetan”
“Ya, iya, bawel banget sih kamu hari ini. Lampu masih
merah tuh, mau maen trobos aja.”
“Aku gak minta kamu nerobos lampu merah non, maju aja
kedepan, kedekat garis putihnya itu lo, biar gak ada yang menghalangi.”
“Bisa diem gak sih, bawel amat kamu hari ini, kayak mau
mati aja.”
“Keburu telat non…”
“Salahmu, bukan salahku kalau sampe telat!”
“Hijau. Cepet kebut!”
Tanpa berkata kata lagi Dina menarik tuas gas penuh
penuh. Motor yang kami tumpangi melaju kencang seketika. Tapi bersamaan dengan
itu, sebuah sepeda motor menerobos lampu merah dari arah kiri kami. Tak bisa
dihindarkan, sepeda yang kami tumpangi membenturnya dengan keras. Aku merasakan
tubuhku melayang di udara, berputar putar seperti batu yang dilemparkan dari
pelontar dengan kuat. Aku kira aku sudah akan menemui ajalku saat itu juga, tapi
Tuhan masih berkata lain. Tubuhku jatuh ke aspal yang keras, dengan bagian
punggungku yang sedang menyandang tas besar berisi baju baju yang mendarat
terlebih dahulu. Aku mendarat dengan selamat walau dengan berberapa luka lecet
yang tak serius dan punggung yang serasa retak. Tapi aku selamat, tidak ada
luka fatal yang aku derita.
Aku segera berusaha bangkit walau punggungku terasa sakit
sekali. Kulihat sekelilingku, dimana Dina? Aku nanar mencarinya dari posisi
dudukku. Dan saat pandanganku terpaku padanya, aku tak percaya dengan apa yang
aku lihat.
Dia berada di sana, lebih dari sepuluh meter dari
tempatku sekarang. Tubuhnya merah oleh darah yang membentuk garis yang hampir
lurus di sepanjang jalan. Aku histeris memanggil namanya, aku ingin dia menoleh
kearahku, dan berkata semua baik baik saja. Tapi Dina tetap diam, tak
bergeming!
***
Ini adalah hari kelima Dina koma ketika sebuah pertanda
baik terlihat darinya. Saat aku sedang menungguinya di ruang ICU seorang diri,
ketika tiba tiba jemarinya yang sedang kugenggam bergerak gerak lemah.
Kualihkan pandanganku ke arah wajahnya. Matanya sedikit terbuka dengan gerakan
yang begitu lemah dan lambat.
Hatiku berdesir bahagia melihatnya. Kuberikan senyum
tulus setulus yang aku bisa untuknya. Tak aku sangka, Dina membalas senyumku!
Tapi setelah itu, senyum itu memudar, mata itu tertutup dan seluruh tanda fital
dalam tubuhnya juga ikut sirna.
“Dina…” panggilku lirih. Dina diam saja, tak lagi
menjawab seruanku.
“Dina…” panggilku lagi, tapi tetap tak ada reaksi darinya,
walau aku menunggunya sampai sepuluh tahun kemudian.
Kata ulang dipisahkan dnegan tanda [-] seperti berkata-kata, berputar-putar, baju-baju dan lain-lain.
BalasHapusMasih ada typo, di mana bukan dimana.
Bergeming artinya tak bergerak, jadi harusnya Tapi Dina tetap diam, bergeming!
“Din, Dina, bangun Din ...! Dina …! buka mata Din, jangan pergi …!. Aku di sini Din …. Dina…., Diiinnn …!!! “ Aku histeris memanggil namanya.
Tanda baca seperti itu, lebih membuat kata "histeris" terasa feel-nya.
Tanda vital, bukan tanda fital.
Banyak buka kamus yooo hehehe *please no offense
~Titie Surya~
makasih atas koreksinya ....
HapusJangan lupa spasi sebelum dan setelah elipsis.
BalasHapus"Dina ... Din ...."
~TS~
ijin nge print ya ... biar enak baca nya
BalasHapusSelamat jalan Dina ...
BalasHapussemoga dirimu tetap baik-baik di alam yang lain
selalu bisa belajar cara merangkai kata disini
amin, semoga dia baik baik di sana ... :D
HapusDina .... itu semua karena salahku .... aku ingin menyusulmu, tapi masih takut mati .... hanya do'a yang dapat kuberikan, semoga
BalasHapussenyummu tetap merekah di alam sana ....
#dengan tulisan yang menurutku awam ini bagus, ditambah komentar yang mengkritisi, sangat pantas untuk dijadikan tempat belajar .... :)
menurutku yang awam ini... #koreksi
Hapusbeli tiket dulu kalau mau nyusul kang.... :)
HapusDina.. Maafkan aku,, Andai saja aku bisa sabar menunggu dan Andai saja aku tidak menyuarakan “Hijau. Cepet kebut!” mungkin sampai saat ini kita masih bersama, bercanda tawa dan berbagi cerita... "Dina,, Maafkan aku..."
BalasHapusKata "Maaf" bagus ditambahkan diakhir, mungkin hanya satu kata tapi akan memiliki makna yang begitu besar.. hehe
^_____Lathifah Ratih was visit________^
makasih masukannya, bisa jadi bahan belajar buat selanjutnya .... :)
HapusKeren....masukan2 nya membangun... Jdi bljar deh..nulis cerpen yg baik gmn....
BalasHapusAku lg hiatus om :)
ayo jangan lama lama hiatusnya, berkarya selalu ...
HapusEndingnya bikin ngenes... -____-
BalasHapusOm Ndut... request ah..
bikin cerita fiksi tentang anak-anak dunk... :D
nanti coba aku buatkan ya,
Hapusbelum pernah buat yang tentang anak-anak.... :)
crta keren mas.,.bs blajar bkn cesen disn.
BalasHapusapa itu cesen, tia?
Hapusmati satu tumbuh seribu.
BalasHapusSemoga masih ada seribu Dina di dunia ini.......
amin, akan selalu ada Dina-Dina yang lain .... :)
Hapusterkadang kita cenderung memburu-buru waktu tanpa berfikir panjang apa akibatnya, padahal simpel aja, kalo mau datang awal dan ga terlambat, ya bersiap dari awal. segala sesuatu ada konsekuensinya, mau persiapan awal dengan konsekuensi datang diawal dan ga terlambat, atau bersantai-santai dengan resiko memburu waktu dan kemungkinan berakibat fatal. jadi intropeksi diri. makasih om sudah diingatkan
BalasHapusnah itulah inti dari cerita ini , rima .... :)
HapusDuh .. merinding Mas, akhirnya tragis ....
BalasHapusdi buat happy-happy aja ... :)
Hapusdan akhirnya cuma bisa berkata: patuhilah rambu lalulintas...
BalasHapusbener sekali ....
HapusEndingnya Jleb...
BalasHapusTapi koment diatas ini lebih Jleb -___-"
Semangat terus kang..
imajinasi nulisnya benar-benar liar.hha
komen yang ini juga buat semangat..., ayo sama sama berkarya terus, Uchank...
HapusJadi ngerasa bersalah pernah nerobos lampu merah... :D
BalasHapusNice Mas,,, ^^
lain kali jangan lagi ya... :)
Hapusartikel yang sangat berbobot juga nih,,, sangat signifikan,,,
BalasHapusmakasih sudah berkunjung dan menyimak ... :)
HapusTak ada yang lebih pasti dari kematian. Tak ada yang bisa bersembunyi darinya. :') Syukurlah, ini hanya fiksi, tapi semoga bisa mengingatkan si penerobos lampu merah, untuk sadar. :D
BalasHapusamin, semoga bisa di ambil hikmahnya....
HapusDua paragraf pertama, rasanya saya seperti terjebak dalam situasi itu. Mendadak dunia sekelilingku lenyap, tergantikan dengan "dunia" dalam cerpen ini..
BalasHapusMaksud dari cerpen yang dapat saya tangkap:
1. Patuhi aturan lalu lintas. Karena bisa jadi kesalahan kita berujung kerugian pada diri dan orang lain.
2. Mematuhi aturan saja tidak cukup. Tapi harus diiringi dengan perilaku lain, yaitu kesabaran.. Dina dan temannya, patuh terhadap lalu lintas. Namun, masih dikuasai oleh sikap ketidaksabaran karena ngebut..
Terus Berkarya mas Ridwan. :)
bener kang Arya, kurang lebihnya begitu yang aku maksud, mari berkarya bersama .... :)
Hapusbikin lagi kang, yg versi temen dumay...pasti masuk nominasi tuh, aku dukung dah^^
BalasHapusCHAYO^^
ayo kamu juga buat, biar bisa satu buku sama aku .... :)
Hapuskeren ceritanya, walau masih banyak kekurangan seperti yg disebutkan oleh First Commentator...
BalasHapussekalian belajar...
gak kebayang... jika berada dalam kondisi seperti itu..
Hapusmakasih sudah menyimak, semoga ada hal positif yang bisa diambil... :)
Hapusya kak... awalnya saya tadi mau kritik sekaligus tanya perihal kata "bergeming", dulu mikirnya sih kayak gitu... tapi beberapa hari sebelum baca postingan ini saya nemu di KBBI kalo bergeming tuh artinya ternyata tidak bergerak... tapi ternyata udah ke jawab di first comment...
Hapusthanks... sekalian belajra
hohoho, baru tahu kalo bergeming itu gk bergerak. Karena menurut saya kata "bergeming" itu jarang diucapkan. Malahan yang sering denger itu kata "tak bergeming" yang menurut penafsiran saya = cuek
Hapuskalo udah dibiasakan ngarang kayak gini pasti butuh deh buka2 kbbi dan lama2 juga jadi biasa... ^_^
Hapusih ngeri..
BalasHapussesuatu yang pernah aku rasakan. Tapi aku masih selamat, aku yang nerobos lampu merah duluan, tapi naas malah yang tertabrak adalah yang belakangku, mengikutiku nerobos.
aku terkejut dan sontak berhenti ditengah, tepat di trotoar pembatas jalan tengah. kulihat dia terpental.
keren2 sampai berapa jempol yg diminta..heheh
pasalnya aku gak bisa buat, menurutku sudah jauh lebih bagus dari yg aku bisa, tapi ternyata masih ada koreksi. Apalagi aku yang buat..coretan merah semua..hikshiks
moga bisa diambil sisi positif dari cerpen ini haf, soal berkarya, mari terus berkarya ..... :)
HapusHoo.. 10 tahun bukan waktu yg sebentar.
BalasHapusSetidaknya masih diberi kesempatan untuk melihat senyum terakhirnya.. :')
senyum terakhir seorang sahabat... :)
Hapusmakasih atas kunjungannya ....
Kunci keberhasilan adalah menanamkan kebiasaan sepanjang hidup Anda untuk melakukan hal - hal yang Anda takuti.
BalasHapustetap semangat tinggi untuk jalani hari ini ya gan ! ditunggu kunjungannya :D
Assalaamu'alaikum. Salam kenal. Wah bisa belajar membuat cerita fiksi nih dari sini. Aku sendiri juga masih dalam taraf belajar menulis :)
BalasHapusJadi sedih deh baca ini, banyak pelajaran dan hikmah yang bisa kita ambil. Ma kasih.
dah lama gak posting, kang?
BalasHapusbisa minta renungannya untuk di bulan Ramadhan ini...
kalau bisa dalam bentuk cerpen, bakalan keren tuh...
Minta Renungannya
udah lama gak posting memang, lagi banyak yang harus di kerjakan. doakan ya semoga setelah ini akan ada posting baru lagi .. :)
Hapussalam sukses gan, bagi2 motivasi .,
BalasHapusBersabarlah dalam bertindak agar membuahkan hasil yang manis.,.
ditunggu kunjungan baliknya gan .,.
Wahh kagum dah kak ridwan, semangat nulis dan karyanya T.O.P
BalasHapustiap berkunjung ketularan semangatnya
makasih, semua orang bisa kok, ayo terus belajar dan kerkarya ...
Hapusngenesnya dapet...
BalasHapuswah keren ceritanya :)
BalasHapus