Hari ini aku sedang sakit. Dari tadi pagi aku mendekam saja di dalam kamar kosanku ini. Sampai kira kira pukul 10 lewat, ibu kos yang baik hati itu masuk ke kamarku,
“kamu sakit di? “ tanyanya di ambang pintu kamarku.
“ya bu,“ jawabku sambil berusaha tersenyum.
“jadi gak kerja hari ini?”
“gak kerja bu, tadi saya sudah telepon ke kantor…..”
“sudah minum obat?”
Aku ragu untuk menjawab pertanyaan ini. Ragu karena aku tau, ibu kos aku ini seorang yang sangat perhatian pada anak anak kos yang tinggal disini. Aku takut kalau nanti justru merepotkan beliau.
“sudah minum obat belum…..” tanya ibu kos lagi, kali ini dengn nada lebih mendesak.
“belum bu,” jawabku.
“sudah makan?”
“belum…..” jawabku lagi “ nanti saya mau minta tolong Anton saja beli nasi sama obat…”
“oh, ya sudah kalau begitu, ibu tinggal masak dulu ya…., kamu gak apa kan ibu tinggal?”
Aku mengangguk. Senang sekali rasanya mendapat perhatian seperti itu saat aku sedang sakit. Ya, walaupun perhatian itu hanya sekedar di tanya tentang keadaan kita. tapi setidaknya, ada orang yang perduli.
***
Siang harinya aku terbangun pukul 12.36. Ada Anton di di ranjangnya. Rupanya dia baru pulang dari kerjanya di stasiun radio.
“napa kamu, “ tanyanya. “ kata ibu kos kamu sakit ya?”
aku nyengir kuda mendengarnya. “ aku gak pulang semalem aja kamu dah sakit, gimana kalau aku tinggal dua hari…. Gagagagagagaga…..” anton tertawa terbahak bahak. Anton memang begitu, selalu saja ceria dan bisa membawa suasana menjadi menyenangkan. karena itulah, aku betah satu kamar kos sama dia.
aku nyengir kuda mendengarnya. “ aku gak pulang semalem aja kamu dah sakit, gimana kalau aku tinggal dua hari…. Gagagagagagaga…..” anton tertawa terbahak bahak. Anton memang begitu, selalu saja ceria dan bisa membawa suasana menjadi menyenangkan. karena itulah, aku betah satu kamar kos sama dia.
“Tuh di meja ada nasi, sama ikan laut, sama….., sama terong penyet…..”
Mendengar kata terong penyet, nafsu makanku langsung melonjak. Bagiamanapun, diolah seperti apapun, terong tetap jadi sayuran idolaku.
Aku berusaha bangkit dari tidurku. Anton mendekat dan memberikan sepiring nasi yang dia bicarakan tadi. Tak lupa juga dia mendekatkan segelas air putih dan sebungkus obat ke arahku.
Aku berusaha bangkit dari tidurku. Anton mendekat dan memberikan sepiring nasi yang dia bicarakan tadi. Tak lupa juga dia mendekatkan segelas air putih dan sebungkus obat ke arahku.
“Dari sapa sih ini?” tanyaku.
“ibu kos,” jawab anton pendek.
Tiba tiba ada keharuan menyerbak di dadaku. Terharu aku punya ibu kos sebaik dia. Perhatian sekali walau aku bukan anak kandungnya.
“eh ton,” panggilku saat aku lihat anton bergeges pergi keluar kamar. “mau kemana kamu…”
“mau ke toilet. Napa?
“ bilangin ya sama ibu kos. Makasih dah repot repot buat aku. Jadi terharu aku….”
Tapi anton malah mengurungkan langkahnya keluar kamar. Dia menghampiri aku. Dan sungguh, kata kata yang kemudian keluar dari mulut Anton membuat otakkku berfikir lebih apa yang sejak tadi aku pikirkan,
“aku Cuma mau ngomong ya, terserah kamu mau nanggepinnya gimana. Tapi coba kamu pikirkan. Kamu di kasi perhatian sama ibu kos, di masakin makanan kesukaanmu waktu sakit, di kasi obat, kamu dah sebegitu berterimakasihnya. Sampe sampe kamu terharu sagala. Tapi coba kamu ingat. Sudah berapa kali ibu kamu melakukan ini buat kamu. Berapa kali kamu sakit selama sama ibu kamu. Dan coba ingat, lebih besar mana perhatian yang kamu dapet, dari ibumu apa dari ibu kos? Dari ibu kos mungkin cuma sewaktu waktu, tapi sadar gak kalau ibu kita sudah memperhatikan kita sepenjang hidup kita?
Yang jadi pertanyaan sebenarnya adalah, sudahkah kamu berterimakasih yang sesungguhnya sama ibu kamu……””
Dadaku berdesir, tenggorokanku terasa kering mendadak. Lalu tak terasa, ada setetes air mata kerinduan menetes tak terbendung melewati pipiku.
“ibu…., maafkan anakmu ini......aku kangen ibu…..”
Alhamdulillah.. Ibu kos yang begitulah yang kita para perantau ilmu mencarinya.. Seseorang yang bisa sejenak menggantikan peran ibu kandung kita, saat kita jauh dari beliau..
BalasHapusTerkait dengan itu pula, ya, kadang kebaikan di dekat kita sering terlupakan ya? Kita lebih sering mengindahkannya.. Satu pelajaran juga buatku. Postingan yang bagus kang. :)
Moga-moga bisa jadi obat malas BW ku ya.. :D
percayalah @Arya Poetra, masih banyak orang orang seperti itu.... :)
BalasHapussemoga ini bisa jadi hikmah buat saya dan teman teman yang berkunjung.
...
makasih ya... :)
om,,,,,,,,,,,, ini tugas dgn jawaban kok ga singkron >_<
BalasHapuswegegegegegegege, @Aisa Julia ini bukan PR nya... :D
BalasHapusHiiiiks.. jadi kangen sama almarhum ibuku T_T
BalasHapusbunda @Titie Surya, makasih ya udah mampir..., kalau soal kangen sama makanannya, kan bunda bsa buat sendiri... :)
BalasHapusMAsih banyak orang seperti itu? Ya, saya percaya dengan hal itu bang. Dimanapun kegelapan berpijak, selalu ada setitik cahaya yang akan melebar, menunggu waktu yang tepat tuk mengikis habis kegelapan itu..
BalasHapus#nyambung tidak ya?
gagaggagaga, ya nyambung lah @Arya Poetra, semoga apa yang kamu tulis itu jadi kenyataan ..... :)
BalasHapusTeroooong....! Sini anakku... ibu masak oseng terong campur teri....
BalasHapus