Minggu, 11 November 2012

Marlin Konyol

Hari ini untuk pertama kalinya Marlin datang ke sekolah dengan seragam barunya. Seragam lama yang sudah tiga tahun tidak pernah di ganti, sekarang sudah resmi menjadi penghuni tetap lemari bajunya yang sudah tua itu, menunggu kesempatan untuk bisa dilihkan hak kepemilikannya kepada yang lebih membutuhkan. Yah, karena begitulah, Marlin adalah anak yang memang rajin, suka menabung, suka berbagi dan tidak sombong (kalau yang ini sih, versi Marlin sendiri tentang dirinya sendiri, entah bagaimana versi mak terhadap anaknya yang satu ini). Marlin sekarang bukan anak sekolah berseragam putih-biru lagi. Hari ini seragam sekolahnya sudah berganti dengan seragam putih-abu-abu. Sekolahnya juga sudah ganti, bukan lagi dijalan dekat balai RW itu, tapi sekarang sekolahnya jauh di pusat kota sana. Wah, gaya ya si Marlin sekarang. Tiap hari dia harus naik bus ke sekolahnya. Pak Ajang sopir becak langganannya kemarin sudah di-PHK dengan cara seksama yang mengharu biru, berlinang air mata dan kata-kata...
READ MORE - Marlin Konyol

Rabu, 10 Oktober 2012

Salahkah Kalau Aku Juga Selingkuh

Normal 0 false false false EN-US X-NONE AR-SA /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; ...
READ MORE - Salahkah Kalau Aku Juga Selingkuh

Senin, 11 Juni 2012

Setelah Lampu Hijau Padam

            Dia adalah sahabat baikku sejak kami belum bisa mengeja abc dan melantunkan ayat ayat suci di surau dekat rumah kami. Dina namanya. Seorang gadis keturunan Jawa-Ambon yang berwajah manis. Banyak orang bilang, dia lebih pantas terlahir sebagai keturunan Minang daripada suku manapun yang ada di negeri ini. Tapi apapun kata mereka, apapun dan darimanapun Dina berasal, yang aku tahu hanyalah kalau dia itu orang yang benar benar pantas untuk aku jadikan sahabat. Orang yang tidak hanya bisa mengerti aku, tapi lebih dari itu, dia sangat pantas untuk aku sebut sebagai seorang kakak.              Tapi hari ini Dina tergolek lemas di sampingku. Kepalanya terkulai lemah di atas pangkuanku. Darah tak henti hentinya mengalir dari setiap bagian tubuhnya. Bibirnya yang kemarin merah ranum dengan senyum cerianya yang khas, hari ini berganti menjadi bibir yang merah karena...
READ MORE - Setelah Lampu Hijau Padam

Kamis, 24 Mei 2012

Fase 2

(Bagian sebelumnya bisa di baca disini) Hujan turun makin deras kala itu. Saat aku membiarkan udara yang dingin menyeliputi kami dengan kelembapan yang makin menjadi. Dia diam, pandangannya jauh menerawang keluar jendela, memperhatikan hampir setiap tetesan air hujan yang turun dan menghantam kaca jendela. Sementara aku mencoba menetralkan suasana dengan meneguk seteguk dua teguk teh dari dalam gelasku. Ada kehangatan yang menjalar, dimulai dari dinding dinding mulutku, lalu turun perlahan ke dadaku. Aku tertegun saat kemudian kuperhatikan wajahnya mulai memerah dan bening kristal air mata perlahan mengambang di pulupuk matanya. Dia mencoba menengadah, menahan dengan sangat agar air mata itu tidak jauh kepipinya yang lembut. Pipi yang sekarang bagaikan kepiting rebus yang kemerahan. “Hei, kamu kenapa?” tanyaku kebingungan. “Apakah ada kalimatku yang salah?” Tapi dia tetap diam. Pandangannya belum juga dia alihkan dari tetes-tetes air hujan itu. Kupanggil namanya dengan lirih. “Jelaskanlah,...
READ MORE - Fase 2

Jumat, 04 Mei 2012

Fase

Orang bilang, hidup ini berjalan seperti fase metamorfosis kupu kupu. Berawal dari telur, kemudian menetas jadi ulat, menjelma kepompong, untuk kemudian sempurna sebagai kupu kupu yang indah. Aku juga ingin bilang begitu saat ini, walau itu bukan berarti aku setuju bahwa setiap manusia akhirnya akan menjadi kupu kupu yang indah. Menurutku, kehidupan kita bisa beranjak dan berakhir pada salah satu fase, tanpa bisa lagi mencapai fase selanjutnya. Ada kalanya kehidupan seseorang di mataku berakhir pada fase kempompong, pada sebuah tahap dimana kesempurnaan nyaris dicapainya. Bahkan sebagian besar dari kita mungkin tidak pernah menyadari kalau sebenarnya kita ini adalah umpama ulat, atau mungkin telur yang tidak pernah menetas sama sekali. “Mengapa begitu?” tanyanya pada suatu ketika. Saat hujan turun dan secangkir teh hangat menemani kami di depan jendela yang basah. “Bisa saja,” jawabku sambil tersenyum kecil menggodanya. Dia diam tak bergeming. Tatapannya tajam kearahku. Seakan dengan...
READ MORE - Fase

Minggu, 29 April 2012

Surabaya Bloofmeet 1 (part 2)

Normal 0 false false false EN-US X-NONE AR-SA /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; ...
READ MORE - Surabaya Bloofmeet 1 (part 2)

Baca juga yang ini