Senin, 02 April 2012

The Last Seconds



( Cerita pendek ini terinspirasi dari film Deep Impact)

Allah mengabarkan, kiamat itu adalah hal yang pasti. Tak bisa di sangkal, seperti kematian dan kelahiran itu sendiri. Di hari itu, diberitakan adalah hari yang penuh huru hara. Di mana setiap manusia berlarian mencari keselamatannya masing masing tanpa memikirkan yang lain selain dirinya sendiri. Allah juga berfirman dalam kitab suciNya, kalau hari itu adalah hari yang datangnya tak terduga, tidak ada yang tahu, dan tidak ada yang bisa memprediksinya.

“ Benar sayang, itulah kiamat besar.” Tuturku pada Fathir, anak semata wayang kami yang masih empat tahun tapi sudah sangat kritis pemikirannya. “ Yang akan terjadi sebentar lagi itu adalah kiamat kecil, anakku, kiamat yang tidak mematikan semuanya, kiamat yang tidak memusnahkan semuanya, tapi kiamat yang terjadi untuk sebagian kecil saja dari alam ini. Untuk sebagian dari kita dan bukan sebagian dari yang lain. Fathir tahu? Bahkan kematian seseorang itupun bisa dianggap kiamat kecil. Yaitu berakhirnya suatu bagian dari kehidupan, rusaknya satu bagian dari kehidupan, tapi tidak untuk bentuk kehidupan yang lain.”

Aku memandang wajah polosnya yang saat ini diliputi oleh rasa takut yang amat sangat. Aku coba memberinya kehangatan di sisa akhir kehidupan yang tinggal beberapa saat lagi ini. Aku ingin, di detik detik terakhir kehidupan keluarga kecil kami yang berbahagia dan begitu berharga ini, fathir masih bisa merasakan betapa kami menyayanginya.

“ Tapi ayah, kenapa mereka tidak mengajak kita pergi ke tempat aman itu? Kenapa kita yang ditinggalkan? Bukankah kita juga manusia ayah? Bahkan mereka mengajak ternak serta di sana. Tapi mereka tidak mengajak Moli.” Raut wajahnya kian sedih saat mengucapkannya. Di dalam pelukannya, duduk dengan tenang kucing kesayangannya yang berbulu putih bersih, Moli.

“ Kita tidak bisa protes masalah itu, Fathir, semua itu sudah kehendak Allah. Allah-lah yang menentukan, kita masuk ke dalam undian orang orang yang pergi ketempat aman itu atau tidak. Dialah yang sudah menggariskan takdir untuk kita, tugas kita adalah bagaimana untuk menjalani semua ini dengan lapang dada, dengan ikhlas. Bukankah Fathir yang sering mengingatkan ayah dan bunda untuk terus sabar dan ikhlas? Fathir lupa ya….?”

Ada sesungging senyum yang tercipta di sudut bibirnya saat mendengar candaanku itu. Tapi rona kekhawatiran dan rasa ketakutan yang kental tidak juga hilang dari wajahnya. Aku tahu, walaupun dia masih seorang bocah yang bau kencur, tapi dia sudah tahu apa kematian itu. Kematian yang akan kita sambut bersama dalam rumah kami yang kecil ini sebentar lagi.

“ Masih ada waktu setidaknya lima belas menit sebelum benturan pertama terjadi.” Ucapku memecah kesunyian yang terjadi. “ Mari kita laksanakan solat sunnah mutlak dua rokaat saja, setelah itu kita berdoa dan bermunajat kepada Allah, semoga nantinya kita di beri tempat kembali yang indah di sana. Ayo bunda, ayo Fathir.”

Kami berdiri untuk melakukan solat sunnah di kesempatan terakhir ini untuk yang terakhir kalinya. Ada kekhusukan yang sangat yang aku rasakan mengiringi solat kali ini, jauh lebih dalam dari solat solat yang aku lakukan sebelumnya. Apakah ini efek kalau kita tahu bahwa solat yang kita kerjakan itu adalah solat yang terakhir dalam hidup kita? Dari dulu aku ingin merasakan kekhusukan seperti ini. Tapi aku tak pernah bisa. Baru kali ini, di saat saat waktu sudah memasuki waktu waktu kematian seperti ini ternyata aku baru bisa merasakannya dengan sungguh sungguh.

Tak lama setelah solat selesai, saat kami tengah bermunajat padaNya, sebuah guncangan keras sampai ke rumah kami. Benturan pertama sudah terjadi!

Fathir dan istriku berteriak histeris. Mereka berhambur kearahku lalu memelukku erat erat. Tangan mereka bergetar hebat, tangis mereka pecah, tapi aku terus membimbing mereka untuk terus bersahadat dan bersolawat.

“ Jangan putus bersolawat, jangan putus bersahadat…. Ashaduallailahaillallah waashaduannamuhammadorasulullah….. baca terus baca terus….. ya Allah…. Ya Allah….”

Guncangan guncangan keras gempa gempa susulan terus terjadi, kami terus bersolawat. Rumah kami bergetar, langit langit rumah kami seakan hendak runtuh saat itu juga. Lampu gantung berayun ayun, dan semua benda yang ada di atas ketinggian mulai berjatuhan. Fathir makin histeris, tapi lafal lafal solawat dan sahadat tidak pernah putus terucap dari mulutnya. Kupeluk dan kucium kening mereka untuk yang terakhir kalinya.

Tak lama kemudian, suara gemuruh air laut yang pasang mulai terdengar. Mulanya pelan, tapi semakin lama semakin keras terdengar. Aku makin erat memeluk mereka. aku ingin, saat badai pasang air laut itu menyapu rumah kami, kami tetap dalam posisi ini. Dalam keadaan berpelukan dan bermunajat kepadaNya.

Suara gemuruh makin keras, bercampur antar suara air pasang dan suara gempa susulan yang datang bertubi tubi. Makin lama makin memekakkan telinga. Fathir histeris menyebut nama sang pencipta, sendang istriku lirih melantunkan sahadat.

“ Ya Allah, segerakanlah ini, dan segerakanlah juga Engkau pertemukan kami di alam berikutnya, kembali sebagai sebuah keluarga yang utuh.” Sebuah doa terakhir kupanjatkan tepat sedetik sebelum tubuh kami tersapu gelombang maha dahsyat itu.

31 komentar:

  1. Deep Impact sy blm pernah nonton mas :D
    Tolong donlodin, wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. belilah kaset originalnya, stop pembajakan, ....
      kalau sambel bajak, itu baru enak..... :D

      Hapus
    2. wkwkwk.. sambel bajak kaya gmn ya mas?,

      Hapus
    3. sambel bajak itu dambel lengkap yang di goreng dalam penyajiannya. tradisi turun temurun itu. lezat banget.....

      *** membayangkan saja aku rasanya jadi ngiler pengen makan .... :D

      Hapus
    4. Idem, belum pernah nonton Deep Impact..
      kalo donlot bole ga?? heheh..

      tapi kalo sambal bajak pernah, dibawa temen asal palembang. Yummy! :)

      Hapus
    5. wegegegegege, di TV udah pernah tayang beberapa kali film ini. monggo beli kaset aslinya di toko bangunan terdekat....,

      nah lo, gak nyambung ya.... :D

      pasti ketagihan itu sama sambel bajak....

      Hapus
  2. ommmmm.....keren tau...aku baca merinding, aku takut mati, aku tau semua akan berpulang padaNya, tapi aku belum siap..karena masih banyk hal belum kulakukan untuk memperbaiki diri.....

    certa membuat aku bisa intropeksi diri.. 2 thumbs ya om

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih sudah menyimak, selvi. untuk urusan mati, takut ataupun gak, kita harus siap, karena kita gak pernah tahu kapan dia akan datang..... :)

      mari terus berkarya....

      Hapus
  3. the best imagination for you....#keren pisan.

    ngena banget ama pesan pendidikan berkeluarga yang dominan kepada pengetahuan dunia yang erat kaitanya dengan ukhrowi..(semisalnya: kematian)

    itu pesan dan kesan yang saya ambil.
    like so muchhhhh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih sudah menyimak,
      bener itu simpulan yang kamu ambil. menarik sekali... :)

      mari terus berimajinasi sekeren mungkin .....

      Hapus
  4. kalo datang ke lapak ni tuh, pasti takjub dengan hikmah dan pesan moral yang disajikan. te-oo-pe bgt deh om

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih rima, semoga bisa jadi hikmah buat kita semua. jangan bosan berkunjung ya..... :)

      Hapus
  5. Bagus kang, pesan moralnya juga dapet, makin lama kurasakan makin cemerlang tulisannya, selalu membuatku merasa tertonjok....

    segera dibukukan dong..

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih kang,

      masalah di bukukan, sudah ada calonnya kang, tinggal mengembangkan saja. mari dukung dengan doa.... :)

      ayo kang insan juga buat buku, nanti kita luncurkan bersama ....

      Hapus
  6. cerita kecil dengan pesan yang bagus teman,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih,
      semoga pesannya dapat tersampaikan dan diterima dengan baik .....

      Hapus
  7. waduuuuuu. mantep ceritanya mas.
    baca lagi ah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. monggo silahkan...
      di baca semua satu blog juga silahkan.... :)

      Hapus
  8. wah..sempat terbawa alur cerita..menarik kang.
    kapan ya bisa bercerita sebaik ini,.hehehe

    iya dibukuin deh mas jadi kumpulan cerita pendek gitu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. sukurlah kalau suka, kang arman

      masalah buku, semoga cepet terwujud ...

      Hapus
  9. Cukup satu kata,
    KEREN ^_^

    BalasHapus
  10. bikin merinding mas.. tp thx sdh mengingatkan ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. :)
      makasih sudah menyimak....
      semoga makin baik kedepannya....

      Hapus
  11. hmmm, menyentuh... tapi istrinya kok kurang aksi mas?,,, hehe.

    overall, ini lah yang namanya cerpen taushiyah

    BalasHapus
    Balasan
    1. istrinya kurang aksi ya mas? mungkin dia lagi ketakutan mas, jadi diem aja.... :D

      Hapus
  12. wuih.. kereen ceritanya mas nyentuh banget, tp sedikit membuatku heran, koq mereka gak mencoba cari jalan menyelamatkan diri yak..?? kan masih ada waktu 15 menit, berarti ada indikasi datangnya Tsunami sebelumnya dong..?? awalnya saya kira kejadiannya di atas kapal yang tidak ada jalan kecuali pasrah.. hehehehe
    tapi keren deh.. saya hanya bisa berkomentar tp tidak bisa membuat cerita sebagus ini.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. di film ini, di ceritakan gak ada tempat aman selain tempat yang sudah di persiapkan untuk mereka yang masuk dalam undian kang, maka itu, di sana di gambarkan sudah tidak ada tempat lagi untuk berlari dan menyelamatkan diri. satu satunya hal yang bisa dilakukan adalah pasrah...

      mari mencoba kang, kita belajar bersama....

      Hapus
  13. wuah.... belum pernah nonton deep impact juga, tapi kalau baca nie, keren mas, menusuk hati... >,<

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau gitu mari nonton filmnya....
      makasih sudah menyimak, lain kali mampir lagi ya... :)

      Hapus
  14. Ingat gempa Yogya. Aku sdg hamil Fanni waktu itu. 8 Bulan. Sempat jatuh waktu gempa. Stess banget dgn gempa suslannya. Sampai ngungsi ke Magelang. Hilman trauma.

    BalasHapus

silahkan berkomentar di kolom komentar ini untuk meninggalkan jejak di blog ini. gunakan komentar anda sebagai bukti kunjugan anda ke blog ini. terimakasih.
.
.
.

Baca juga yang ini