“ Anas…”
“ Ya,…”
“ Apa benar kamu mencintaiku?”
Hm…., akhirnya pertanyaan itu
terlontar juga malam ini. Aku mendesah. Seperti berat sekali harus aku katakan
apa yang sebenarnya aku rasakan dan yang sedang terjadi selama ini. Pertanyaan
tentang cinta, pertanyaan tentang kesungguhan akan sebuah hubungan seperti ini,
sudah kerap kali membuatku gamang. Apakah aku memang benar benar mencintainya?
Lebih dari sekedar perasaan seorang kakak kepada adik perempuannya? Lebih dari
sekedar perasaan seorang sahabat yang ingin selalu bersama dengan seorang
sahabat wanitanya? Aku bahkan masih sering ragu. Seriuskah aku? Nyatakah ini?
Aku bangkit dari posisi membungkukku
dan menegakkan posisi dudukku. Kualihkan pandangaku padanya dan kuberikan senyum
setulus yang aku bisa. Kuraih kepalanya yang berambut pedek itu, lalu kutarik
agar merabah di dadaku. Dia diam saja. Seperti yang sudah sudah selama ini.
“ Apakah itu penting, Dyan?”
tanyaku.
“ Entahlah, Nas, aku juga tak tahu
itu penting atau tidak. Aku hanya mendengar dari teman teman selama ini, kalau
sebenarnya kamu itu mengganggapku lebih dari seorang sahabat.”
“ Hm…, Kadang mereka itu terlalu
ikut campur melebihi kapasitas mereka sebagai teman, Dyan. Mungkin saja mereka
itu cemburu melihat kedekatan kita selama ini. Biarlah mereka dengan pikiran
mereka sendiri, kita jalani aja kehidupan kita seperti ini, sebagai sahabat.”
Mendengar ucapanku, perlahan Dyan
bangkit dari dadaku. Di tatapnya aku dalam dalam dengan pandangan yang langsung
tertuju pada mataku. “ Tapi sahabat tidak ada yang berpelukan seperti kita,
Nas. Sahabat tidak bergandengan tangan berjam jam saat berjalan di keramaian.
Sahabat tidak seperti itu.. Tidak merasakah suasana mesrah seperti yang kamu
rasakan malam ini. Sahabat itu seperti Eka dan Maya yang selalu having fun,
selalu ada untuk satu sama lainnya, seperti Bayu, Nina dan Angga. Mereka selalu
bersama tapi mereka tidak pernah terlihat mesrah seperti yang kamu lakukan
kepadaku. Yang aku tahu, seorang sahabat tidak ada yang memeluk sahabatnya
dalam diam, juga tidak berusaha menciumnya…”
“ Lalu apakah penting untuk tahu
apakah aku mencintaimu?” potongku.
“ Penting Nas, penting sekali. Agar
aku tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kita. Apakah kamu menganggapku
sahabat, atau seorang kekasih…”
“ Lalu kamu sendiri mengganggapku
apa?” sergahku, sekali lagi.
Dyan terdiam, tapi pandangannya
nanar. Bibirnya bergetar perlahan menandakan gejolak hatinya yang mulai gusar.
Aku jadi seperti tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, mengapa malam ini
tiba tiba dia bertingkah seperti ini?. Malam ini, dia seolah olah bukan Dyan
yang selama ini aku kenal. Dyan yang lembut dan selalu berhati hati. Apakah
urusan cinta dan hati seperti ini bisa membuat seorang wanita berubah drastis?
“ Anas, sebenarnya aku ingin kamu
tahu malam ini… ka, kalau, Kalau aku sedang jatuh cinta..”
Deg…! Jantungku seolah berhenti
berdetak. Tiba tiba saja seperti puluhan ribu volt telah menyengat jantungku
detik itu juga. Ada rasa curiga yang menghantui, ada rasa khawatir yang sangat
yang aku rasakan. Benarkah itu? Benarkah Dyan jatuh cinta? Pada siapa?
Padakukah? Atau ada orang lain? Tiba tiba malam ini aku rasa menjadi malam yang
sangat penting dalam hidupku. Tiba tiba saja udara malam ini aku rasa begitu
panas. Panas dan menipis, membuatku serasa sulit untuk bernafas.
Kucoba untuk menahan diri untuk
tidak bertindak bodoh di luar apa yang seharusnya aku lakukan. Tapi dari rona
wajahku, dari helaan nafasku, aku yakin Dyan sudah membaca apa yang sedang
terjadi padaku.
“ Apakah kamu mencintaiku, Dyan?”
tanyaku tiba tiba, yang membuatku merasa begitu bodoh sudah menanyakan hal itu
secepat ini. Seharusnya aku bisa lebih tenang, tidak tergesa gesa seperti ini.
Aku menggerutu dalam hatiku, membuatku semakin merasakan perasaan bersalah dan kesal
yang amat sangat pada diriku sendiri.
“ Kamu mencintaiku bukan, Nas…, Jawab
pertanyaanku dengan jujur, Nas.” Kali ini nada yang keluar dari kata katanya
lebih terasa seperti sebuah desakan dari pada sebuah pertanyaan biasa.
“ Tadi aku yang bertanya lebih dulu,
Dyan. Apakah aku orang yang kamu cintai?”
“ Dalam hal ini seharusnya pria
punya kesempatan lebih dulu untuk bicara, Nas.”
Mendengarnya membuatku diam. Aku
cuma bisa memandangnya dan membiarkan angin yang semilir di taman Bungkul malam
ini membelai hati yang sedang terombang ambing. Aku tahu aku ragu. Ragu untuk
mengartikan perasaanku sendiri. Cintakah ini? Atau hanya perasaan kedekatan
seorang sahabat? Aku juga ragu, apakah aku orang yang di cintai Dyan? Kalau ya,
bagaimana selanjutnya? Apakah ketika nanti aku menjadi pacarnya semua akan
berjalan seperti ketika aku menjadi sahabatnya?
Begitu banyak pertanyaan yang tiba
tiba muncul. Pertanyaan pertanyaan yang kemudian membuatku ragu. Keraguan yang
kemudian berkembang menjadi sebuah ketakutan : aku takut kehilangan dia. Baik
sebagai sahabat maupun sebagai…
“ A.., A… ah, aku tak sanggup
mengatakannya. Tolong jangan desak aku.”
“ Berati benar apa yang aku dengar
selama ini?” air matanya mulai tumpah, suaranya mulai serak, “ Berarti benar kalau
kamu memang mencintaiku Nas?”
“ Dyan, kenapa menangis…” aku
berusaha merangkulnya. Tapi Dyan malah menepiskan tanganku.
“ Akhirnya…, akhirnya apa yang aku
takutkan… terjadi juga…” tangisnya kini benar benar pecah. Membuatku semakin
bingung harus berbuat apa.
“ Dyan, sudahlah, tidak seharusnya
seperti ini. Tidak seharusnya kamu menangis. Kita bisa bicara baik baik bukan…”
aku berusaha membujuknya. Aku benar benar tidak tahu harus berbuat apa. Ini
untuk pertama kalinya dalam hidupku harus menghadapi seorang wanita menangis di
depanku karena cintanya padaku.
“ Tapi aku mencintai orang lain,
Nas….”
Deg! Dunia seakan sekarang berhenti
berputar, angin seolah berhenti berhembus dan orang orang yang bising di sana,
seolah olah sekarang seperti film bisu yang sedang diputar. Bahkan darahkupun
seperti berhenti mengalir.
“ Aku sebenarnya tidak ingin kamu
tahu tentang ini, Nas. Tapi semua sekarang sudah terlanjur… aku, aku .. aku
harus mengatakan kebenarannya…”
“ Siapa orang itu, Dyan?” tanyaku,
dengan berusaha keras untuk menyembunyikan seluruh gejolak di hatiku.
“ Mi… Mitha….” Jawabnya di tengah
isak tangisnya.
“ Mitha? Dia… dia wanita bukan?
Mitha itu mantanku?” tanyaku tak habis mengerti.
“ Ya benar, Nas. Mitha mantanmu itu.
Dia kekasihku. Kami sepasang kekasih. Dan karena akulah dia memutuskanmu waktu
itu. Anas, temaku yang baik, sabahabatku yang terbaik, aku harap kamu bisa
menerima kenyataan ini….aku harap kamu bisa memahami keadaanku, dan kita….,
kita masih bisa bersahabat seperti sedia kala bukan….?”
Dunia sekarang menjadi gelap di
mataku. Otakku, tiba tiba terasa sangat sakit dan tersayat sayat. Apa yang
harus aku lakukan? Apa yang harus aku katakan? Tiba bita aku ingin sekali
berlari dan berteriak. Hingga hilang pedih dan perih yang begitu kejam dengan
tiba tiba merenggut segalanya dariku ini.
Duh kasihan si Anas, dua kali kehilangan kekasih yg dalam sebuah lingkaran yg tidak sewajarnya, apakah ini namanya cinta segitiga..? apa ini bisa juga dikatakan sebuah perselingkuhan..? biar penulis sendiri yang menjawabnya...!
BalasHapusseharusnya, biarlah pembaca yang berfantasi untuk menyelesaikan cerita ini kang.. :)
Hapusseperti lagu cinta terlarang. Anas...anas....kenapa nasib mu begitu na'as...???
BalasHapusckckckckck....
lupakanlah Dyan. karena di sana, ada Rita yang menunggu #eh.
keren om ceritanya. walau sedikit tragis.
kalau gitu mari bernyanyi aisa, biar terasa lebih tragis....
Hapuslho....
:D
Normal.....???
BalasHapusoohh ....
sun gguh terharu membacanya betul kata mass Insan dua kali kehilangan kekasih yg dalam sebuah lingkaran yg tidak sewajarnya...
apanya yang normal zhi?
Hapuskalau begitu, marilah bernyanyi bersama..... :)
Glek! endingnya twisted..
BalasHapusMungkin krn banyak pria sprti Anas yg suka main pelak-peluk makanya bermunculan wanita-wanita seperti Dyan dan Mitha.
hehe, No Offense..
nah mungkin itulah, alasan mengapa seorang wanita bertindak seperti itu. hanya mereka yang tahu... :)
Hapusno offense for all,,,,
Butchi tuw artinya apa sih? perlu eksplorasi lebih dalam kayanya nih. Membacanya jadi bingung. Sorry to say, kesannya garing... :)
BalasHapusbutchi itu wanita penyuka wanita bund...
Hapusmkasih juga masukannya bund, tak ada noda tak belajar bukan. akan terus belajar menulis sampe aku 'bisa' menulis. terus bimbing dan kasi kritikannya ya bund... :)
Waduuuuuuuuh >,<
BalasHapusAC-DC itu cewe-cewenya
bener, jangan di tiru ya..... :)
Hapustragis...tapi itulah fenomene saat ini, om berhasil mengemasnya dengan apik, nasihat anggun bahan perenungan. semoga kita terhindar dari hal2 seperti itu. aamiin
BalasHapusmakasih apresiasinya rima, ini masih belajar menulis..., amin, semoga kita dan semuanya terbebas dari hal semacam itu ......
HapusWahh sumpah nie cerita kerenka'. I Like cara kakak bawa pembaca menjadi penasaran dan akhirnya kaget dengan akhir ceritanya
BalasHapusZ follow yha kak, nanti di folback heheh
supaya kakak bisa komen karyaku jg hihi
lg belajar nulis jg kak
makasih sudah menyimak....
Hapusmakasih juga sudah di follow,
nnti aku folback dah.... :)
Pinter banget sih bikin fiksi... saya paling ga bisa niih... ajarin dong...
BalasHapusAnas selameeeett....
Anas selamet gigit jari maksudnya...
HapusAku perhatikan ada bbrp kali ya cerita gender...
Yg ini kalah seru sama yg cerita ttg gay...