“ Ini sudah
lebih dari setengah jam berlalu sejak terakhir kali aku tanyakan keputusanmu,
Nis, tapi kamu tetap diam saja.” Desahnya tanpa menoleh padaku. Suaranya seakan
menghilang bersama angin malam yang berdesau pergi dengan lembut setelah
menyapu dedaunan dan pohon pohon rindang yang tumbuh di dekat kami. “Aku tahu
ini memang sulit,” lanjutnya, seraya menoleh perlahan kearahku. “Bukan cuma buatmu,
Nis, tapi juga buatku. Kalau orang tua kita sampai tahu, dan mungkin seharusnya
mereka memang tahu tentang ini, mereka pasti akan mengatakan ini hal yang sulit
untuk diputuskan. Tapi setidaknya, aku ingin tahu tangapan kamu dulu, sebagai
calon istriku, sebelum yang lain juga angkat bicara tentang ini.”
Dia diam,
menatap dan menungguku angkat bicara. Tapi apa yang harus aku katakan? Apakah
aku harus mundur dari kuputusanku semula untuk menerimanya sebagai suamiku atau
aku harus maju terus dan menerima betapa pahitnya kenyataan ini? Aku tak tahu.
“Kenapa baru
sekarang kamu katakan kenyataan ini padaku, Sam, kenapa tidak sejak awal
perkenalan kita dulu?” protesku lirih.
Sekarang dia
yang diam. Pandangannya juga jatuh, lesu memandang rumput rumput liar yang
tumbuh dengan terpaksa di bawah kami berdua. Angin sekali lagi berhembus,
membawa aroma kesedihan di hati Sam jatuh tepat di tengah hatiku.
“Entahlah Nis,
mungkin di sana kelemahanku. Mungkin aku ini memang pengecut yang tak bisa
menerima keadaan dengan baik. Mungkin aku memang yang salah, yang bodoh. Aku
ini hina Nis, dosaku terlalu banyak. Sebagai lelaki aku ini memang tidak
sempurna Nis, aku nista!”
“ Sam,
berhetilah mengutuk dirimu sendiri.” Sergahku. “ Kenapa sekarang kamu jadi
begini, Sam.”
“ Bukan
sekarang saja aku jadi begini, Nis. Sudah lama aku begini. Inilah asliku…”
“Sam…!”
Kami diam untuk
sekali lagi, dan untuk sekali lagi kami larut dalam pikiran kami masing masing.
Aku kembali bertanya kepada diriku sendiri, apa yang harus aku katakan?
Haruskah aku menikahi orang yang tidak pernah mencintaiku dan mungkin seumur
hidupnya tidak akan pernah bisa mencintaiku? Haruskah aku bersuamikan orang
yang sudah secara terus terang berkata tidak bisa jatuh cinta pada manusia
sepertiku?
Haruskah aku
sekarang berdiri tegas di hadapannya dan berkata, baiklah Sam, kamu boleh pergi
dengan siapapun yang kamu mau karena aku juga akan pergi dan meminta orang lain
menikahiku. Oh, membayangkannya saja aku tak sanggup. Aku terlalu mencintainya.
Aku terlalu dalam memendam rasa padanya. Dia lelaki sempurna yang selama ini
aku idam idamkan. Dia seorang lelaki ideal yang selama ini aku impikan untuk
menjadi ayah dari anak anakku
“Baiklah, Nis,
ini sudah terlalu malam. Kita pulang.” Dia bangkit perlahan dari posisi
duduknya, kemudian saat telah tepat berada di hadapanku, dia melanjutkan kata
katanya. “Jangan merasa terbebani atas nama kemanusiaan untuk memberi jawaban,
Nis, karena bukan itu yang aku mau. Kalau akhirnya kamu berkata ya, pastikah
itu karena cintamu padaku, Nis, bukan karena keterpaksaan. Kalau kamu memang
tidak bersedia untuk aku jadikan percobaan untuk bisa mencintai seorang wanita,
itu hak kamu Nis, dan aku tidak mempunyai kekuatan apapun untuk memintamu
mencitaiku.
Aku mamang
seorang gay, Nis, tapi aku ingin bertaubat, dan kamu adalah wanita yang aku
pilih untuk belajar mencitai seorang wanita seperti layaknya lelaki pada
umumnya. Bersediakah kamu membantuku menjadi lelaki normal yang mencitai
wanita?
Besok masih ada
waktu untuk menjawabnya, Nis. Sekarang mari kita pulang. Mungkin besok, kamu
akan menemukan jawaban yang pasti.”
om...sereem ihhhh #amit2..
BalasHapustapi niat nya tulus :)
sebenarnya kamu simpati atau gimana ini ceritanya.... :)
Hapuswakaka..
BalasHapusPanggilan si wanita sm kyk aku Mas..
dan aku punya teman juga Namanya Sam..
Untunglah dia bukan tambatan hatiku,
dia juga bukan seorang Gay..
nama boleh sama, tapi kejadian mungkin akan berbeda.... :)
HapusNis... jangan sama sam... karena sam lapaknya gelap
BalasHapusmending sama kang Ridwan aja....
wegegegegege...
oh ternyata si Sam gay toh...
wah gawat nih..., entah apa jawabanku, krn saya tdk bisa mewakili Nis..
lama lama kita ditabok sama si Sam..... :D
HapusEaaa... si babeh bisa komen kayak gini...? Nggak banget daah... :p
Hapusbolehkah saya berkomentar??--padahal udah tengah ngomen, he he he
BalasHapuskalaulah memang adminnya cowok, sumpah dia keren banget bisa jadi sudut pandang cewek, intinya lebih ngerti perempuan.. aihh, kerenn niaan..
adminnya emang cowok.... :)
Hapusmari kenalan...
cowok harus bisa mengerti perasaan seorang cewek dong.... begitu bukan?
dan adminnya memang seorang cowok, he he he,, maafkan kekhilafan pertanyaan hamba yang amatir ini, tuan rumah.. :D
BalasHapusmemang cowok, cowok tulen.... gegegegege, sering sering berkunjung ya.....
Hapussebagai tetangga yang baik, tentu.. ;)
HapusYakin nih cowok tulen...?
Hapuswahh aku suka baget sama tulisannya mas ridwan
BalasHapus^__^
mau nanya, mas ridwan dah punya buku nga??
sukurlah kalau ada yang suka tulisanku... :)
Hapuskalau buku, sementara ini masih belum punya. doakan semoga cepat terealisasi ya ...
Ah, Nis..andai aku jadi kamu, aku akan menjabat tangannya dan membantunya untuk berubah dengan ketulusan cinta dan niat, pasti ada akhir cerita indah nantinya. :)
BalasHapusCerita yang bagus Mas, Fiksi yang kenyataannya selalu ada disekeliling kita. ^_^
wah, jadi terharu akan ketulusan komen ini. imajinasinya keren... :)
Hapusmakasih sudah menyimak ya ...
Wew...
BalasHapuskeren banget mas, two thumbs deh :)
Saya penulis non fiksi, tapi suka banget kalo baca tulisan2 fiksi.
Opps, saya juga mau nanya nih.
Udah berapa banyak buku yang diterbitkan om? ^^
sukurlah kalau ada yang suka tulisanku... :)
Hapuskenapa gak coba coba juga nulis fiksi, menyenangkan juga lo...
kalau buku, aku belum pernah punya, doain semoga cepat terlaksana ....
keren mas... dari awal cerita aja bikin bertanya-tanya... pokoknya keren dah... gak nyangka...
BalasHapussudut pandangnya juga bagus...
terimakasih sudah berkunjung, dan sukur kalau ceritanya berkenan di hati ....
Hapuswih, esmosi saya baca fiksi kali ini mas. hehehhe
BalasHapusklo beneran di dunia nyata ada kisah cak ini. egois bener cowoknya. tega bener menyembunyikan hal besar sperti itu pada calon istrinya. harusnya jujur dr awal, sekalipun itu menyakitkan. klo bilngnya lebih cepat, si cewek pasti bisa cepat smbuh hatinya.
hidup kejujuran! wkwkwkwkk
tenang tenang jangan lempar lapienya keluar aci.... gegegegege, aku juga ikutan demo ini....
Hapushidup kejujuran .....!!! .... :D
T_T nasib... nasib... harusnya jujur walaupun itu menyakitkan nak
BalasHapusbener, jujur itu memang harus..... :)
Hapuseksplorasi personalnya dalam..saya sering kebulet kalau sampai pada penokohan. Dan ttg tema Gay..saya belum nyoba
BalasHapusmakasih analisanya.... :)
Hapusmari terus menulis dan berlatih. kalau tema ini belum coba, mari di coba, buat tantangan baru....
Wow...endingnya ga disangka2...o_0
BalasHapuskalau baca endingnya dulu, gak bakalan ada penasarannya.... :)
Hapusterimakasih sudah menyimak....
wew keren....
BalasHapus*kehabisan kata2 untuk komen tulisan yang berkualitas
semoga ALLOH segera mewujudkan rencana om untuk bikin buku. aamiin
nah itu, doa itu adalah kata kata juga bukan.... :)
Hapusterimakasih atas kunjungan dan doanya....
Wew..keren banget..
BalasHapusbaca artikel-artikel disini seraya aku sedang membaca sebuah Novel saja.
sebuah novel yang terangkum disebuah buku kecil berbagai judul dengan topik yang hampir mirip.
Novel itu penuh dengan tulisan dan sedikit gambar, bagi yang cuma melihat tanpa mencoba membaca, maka akan malas membacanya. namun bagi yang sudah mulai membaca, maka akan terus ingin mengetahui kelanjutan cerita sampai selesai.
harus banyak bergurunie sepertinya..
di sambung doa aja, semoga aku bisa menerbitkan buku soloku secepatnya.... :)
HapusSaya suka ini....
BalasHapustapi masih ada yang mengganjal di hati ketika saya membacanya.
1. atas dasar apa Sam menikah dengan Nis?
2. bagaimana proses batin Sam dalam menyadarkan dirinya bahwa dia ada di jalan yang salah?
terimakasih sudah menyimak... :)
Hapusmenurutku, dalam sebuah cerpen, hal hal yang tidak di tulis dan diceritakan di dalamnya, tapi menimbulkan pertanyaan di hati pembacanya, maka adalah hak pembaca untuk menggenapinya sendiri, berimajinasi sendiri. jadi bebas, mau dijawab dan diimajinasikan bagaimanapun bentuknya.... :)
Penutupnya bikin hati ini...~_~ LOL :D
BalasHapusbikinhati tertawa terbahakbahak? wegegegegege.....
Hapuswkwkkwkwkwkwk, mengerikan bgt ceritanya
BalasHapusbukan horor kok.... :D
HapusSebagai fiksi, ini cerita mantaap banget...
BalasHapusKalau jadi Nis, saya akan mundur. Sebab Sam tidak memohon sama Allah utk berubah tapi mengharapkan Nis yg mampu merubahnya. Iya kalau berubah, kalau tidak...? Enak di Sam neraka di Nis...