Riki
baru saja pulang dari masjid saat aku sedang asyik mengetik di laptopku.
“
Akhir akhir ini aku lihat kamu sibuk bener. Lagi ngerjain apaan sih?”
cerocosnya tanpa aba aba seraya duduk menjajariku di lantai kamar kos ini. Aku dan
Riki berbagi satu kamar kos ini untuk kami berdua. Istilah kerennya, aku dan
Riki itu roomate.
“
Biasa, lagi buat postingan di blogku” jawabku tanpa menoleh.
“
Kirain ada tugas kuliah, serius amat sih…”
“
Aku punya target baru, bro!”
“
Apaan tuh?”
“
Aku harus update blog aku setidaknya dua sampai tigak kali dalam seminggu. Keren
gak bro?” jawabku sambil menoleh dan nyengir kuda kearahnya.
“
Gila kamu, emang dapet mana idenya kalau update blog sampe sesering itu? Yakin kamu
bisa?” tanyanya serius.
“
Maka itu aku harus giat bro, kalau ide, gampanglah, cari sana sini. Kamu kayak
meragukan aku aja bro…” jawabku lagi sambil menepuk dadaku sendiri, membanggakan diri.
“
Pantesan kemarin aku lihat kamu tidur sampai malem banget kalau gak salah. Terus
pagi paginya hampir telat tuh masuk kuliah pagi. Terus tugas tugas kuliahnya
gimana? Gak ketinggalan ne kuliahnya?”
“ Gampang
lah bro, semua bisa diatur …”
“ Hm,
gitu yah? Salut dah sama kamu. Bukannya blog kamu itu blog dakwah itu ya? Kamu
tulis pribadi itu semuanya?”
“
Lah ialah aku tulis pribadi. Maksud kamu aku copas dari blog lain gitu? Sori bro,
gak jaman sekarang copas copas plagiat gitu. Kalau ingin dihargai, kalau ingin
benar benar puas, tulis sendiri, itu baru namanya blogger sejati….”
“ Oke
oke, aku memang salut sama kerja keras kamu buat nulis di blog kamu itu. Aku salut
seorang mahasiswa seperti kamu itu masih menyempatkan diri untuk berdakwah. Bener
aku salut…” ucapnya bersungguh sungguh. Mendengarnya aku benar benar seperti
dilambungkan tinggi tinggi. Senang sekali rasanya ada yang memperhatikan kerja
kerasku selama ini.
“
Wah beneran neh?” tanyaku berusaha meyakinkan diri kalau aku tidak baru saja
salah dengar apa yang di ucapkan roomateku itu.
“
Bener aku salut, aku bangga sama kamu dalam hal itu. Tapi gini lo bro, kamu itu
penulis blog dakwah bukan? Tapi kenapa kegiatan kamu sehari hari itu malah gak
sesuai dengan apa yang kamu tulis di blog kamu?”
“
Maksudmu?” aku mengernyitkan dahi.
“ Ok
kamu menulis tentang dakwah dan Islam, tapi kenapa kamu sendiri yang lalai dalam melaksanakan apa yang kamu
tulis di sana? Kemarin malam kamu nulis sampai gak solat isyak sama subuh
bukan? Kalau kamu terus terus ada di kamar ini dan jarang bergaul lagi seperti
dulu, kapan kamu bisa melakukan yang kamu tulis di blog kamu? Menjalin ukhkuah?
Menjalin silaturahmi? Menjalankan peranmu sebagai mahluk sosial? Padahal itu
kan yang kamu serukan. Tapi kenapa kamu sendiri yang melanggarnya? Seperti kemarin
malam juga, waktu Sol datang sama teman temannya ke kamar sebelah, kenapa juga
kamu masih harus bergabung dengan mereka? Minum minum sampe teler, nonton film
film dewasa? Apa itu? Dakwah macam apa itu?
Bro,
lakukanlah sendiri dulu apa yang kamu harus lakukan, baru setelah itu kamu bisa
menyerukan hal itu kepada orang lain. Jadikanlah dirimu tauladan bagi orang
lain bro, bukan hanya sekedar jadi blogger omdo, blogger omong doang …!”
Mendengarnya
aku hanya bisa diam. Kata kata itu telak sekali mengenai pikiran dan jiwaku. Tak
ada yang bisa aku sangkal, karena memang demikianlah seharusnya, bukan seperti
apa yang aku lakukan selama ini.
“
Sudahlah, daripada aku banyak nyerocos, aku mau makan dulu bro, dah laper ne.
sori ya bro, kalau kata kataku gak enak di kamu. Neh kamu dengerin lagu ini
aja.”
Riki
segera beranjak pergi tanpa memberiku kesempatan untuk membela diri. Tapi buat
apa juga aku membela diri. Untuk apa? Toh semua yang dikatakannya adalah
kebenaran.
Aku termangu
di depan laptopku, sementara sebuah lagu merdu mengalun dari laptop si Riki,
tak jauh dari tempatku duduk.
sepohon kayu daunnya rimbun
lebat bunganya serta buahnya
walaupun hidup seribu tahun
lebat bunganya serta buahnya
walaupun hidup seribu tahun
bila tak sembahyang apa gunanya 2x
kami bekerja sehari-hari
untuk belanja rumah sendiri
walaupun hidup seribu tahun
kami bekerja sehari-hari
untuk belanja rumah sendiri
walaupun hidup seribu tahun
bila tak sembahyang apa gunanya 2x
kami sembahyang fardhu sembahyang
sunahpun ada bukan sembarang
supaya Allah menjadi sayang
kami bekerja hatilah riang
oh....oh....oh....oh......
kami sembahyang limalah waktu
siang dan malam sudahlah tentu
hidup dikubur yatim piatu
tinggalah seorang dipukul dipalu
dipukul dipalu sehari-hari
barulah ia sadarkan diri
hidup didunia tiada berarti
akhirat di sana sangatlah rugi
kami sembahyang fardhu sembahyang
sunahpun ada bukan sembarang
supaya Allah menjadi sayang
kami bekerja hatilah riang
oh....oh....oh....oh......
kami sembahyang limalah waktu
siang dan malam sudahlah tentu
hidup dikubur yatim piatu
tinggalah seorang dipukul dipalu
dipukul dipalu sehari-hari
barulah ia sadarkan diri
hidup didunia tiada berarti
akhirat di sana sangatlah rugi