Haruskah aku ceritakan padamu sudah berapa jauh
jarak yang kutempuh untuk kembali berdiri di sini, tempat kita dulu berkumpul
menyaksikan pelangi? Atau haruskah aku ceritakan padamu sudah berapa dermaga,
berapa lembah dan lautan pasir yang kuarungi untuk mencari tempat yang sama
indahnya dengan tempat dulu kita mengukir pelangi persahabatan kita? Aku rasa
sekarang itu tidaklah lagi penting kawan. Karena telah kuceritakan kepada
seluruh dunia, betapa indahnya pelangi persahabatan kita. Ya, pelangi
persahabatan indah yang pernah alam ukir hanya untuk kita. Spesial untuk kita,
bukan yang lain.
“Hei lihatlah itu…!” Ani, yang termuda dari kita
berseru di sore yang telah layu waktu itu.
“Pelangi…” aku bergumam, dan yang lain setengah
berteriak bersamaan.
“Indahnya….!!!”
“Diam diam, aku ingin mengabadikannya…, minggir
semua…” Aisyah yang paling heboh diantara kita menyeruak ke depan, menyibakkkan
gerombolan kita yang tak memperdulikan gerimis untuk melihat pelangi itu lebih
jelas. Kita seperti kumpulan anak TK yang sudah kadaluarsa waktu itu bukan? Tapi
itu menyenangkan kawan. Julukan yang diumpatkan pada kita oleh mereka yang
sirik akan kebersamaan kita.
“Tunggu Aisyah, fotomu tidak lengkap tanpa aku
ada di sana…” Ani berteriak seraya berlari kecil ke depan, menembus gerimis
yang turun malu malu pada kita.
“Minggir Ani, jelek tau…”
“Fotoin aku sama pelangi itu…!”
“Wajahmu gak akan jelas, jadi siluet saja ntar
kalau udah jadi…”
“Itu keren Aisyah, cepetan…”
Aku masih ingat betul bagaimana Aisyah mendengus
dengan wajah penuh kesal waktu itu. Wajah yang lucu, yang selalu aku kenang
sampai sekarang. Aku jadi penasaran, bagaimana wajah itu sekarang? Apakah sudah
mejadi wajah keibuan yang meneduhkan? Atau masih sama imutnya dengan wajahnya
saat mengantarkanku ke bandara saat terakhir kita bertemu?. Wajah imut yang
berurai air mata.
“Hei lihat, itu keren…”
“Ya… ya … fotonya jadi keren… aku juga mau Aisyah….
Fotoin aku juga…..”
“Gak, enak aja, sana pake punya sendiri sendiri…”
Aisyah masih saja sewot.
“Tapi punyaku kameranya jelek Aisyah, ya ya…
pake punya kamu, Aisyah baik deh….”
“Kalau ada maunya, di baik baikin, coba kalau gak….”
“wehehehehhehehe….. hihihiihihihi…. Aisyah baik
deh….”
“Udah cepetan sana, udah udah jangan berebut,
satu satu,”
“Aku duluan…”
Tak Cuma yang cewek saja yang narsis berfoto
waktu itu, bahkan aku, dan semoa orang yang cowokpun ikutan narsis nampang di
depan kamera Aisyah. Ada keceriaan yang terukir waktu itu, ada tawa yang
membahana, ada hati yang lapang yang tercipta. Bahkan kalian tahu kawan, tawa
kalian itu telah menggema dan terus menggaung sampai sekarang dalam relung
relung terdalam ingatanku. Tawa yang begitu menyejukkan, yang saat aku
mendengarnya untuk sekali lagi, dan lagi, seolah sirna semua beban yang pernah
ada di hati ini.
“Hei lihat, fotonya kok sama semua posenya? Ini foto
siapa? Yang ini siapa?” Nick tiba tiba histeris kebingungan saat memperhatikan
hasil foto yang diambil Aisyah. Dan kalian mulai ribut, mulai mengingat ngingat
urutan yang di potret Aisyah tadi, Uni, Selvi, Pipi, Awa, Tia, Budhi, Amin,
Aulia, aku dan kita semua mulai ribut seperti anak TK yang meributkan sekawanan
semut yang lewat di depan mereka.
“Gak tahu, yang pasti cuma yang jelas, ini cowok,
yang itu cewek. Yang cowok semua jadi sama, yang cewek semua juga jadi sama. Kita
seolah satu, kita seolah melebur dalam satu bayangan yang sama dalam foto itu.”
“Benar.”
“Bukankah kita memang satu? Bukankah kita memang
sesama blogger?”
“Ya benar, karena kita memang tiada beda, tiada
senior atau junior, kita dalah sahabat, kita adalah BLOOFERS bukan…”
Ah…, masih aku rasakan keharuan yang tiba tiba menyeruak
diantara kita waktu itu. Keharuan yang juga masih bisa aku rasakan sampai
sekarang, kawan. Keharuan yang sampai sekarang masih mampu untuk membuat mataku
berkaca kaca…
Selembar foto itu sekarang masih kusimpan, kawan.
Di sini, tak jauh dari jantung dan hatiku. Selembar foto yang kita beri judul “Kuukir
pelangi Untukmu”. Selembar foto yang entah itu foto siapa, hanya yang aku tahu,
pastinya dia adalah salah satu dari penggemar lambang etawah berwarna ungu :
BLOOFERS…
Ditulis secara khusus atas pemintaan dari kang
Muhaimmin Tawwa, di persembahkan untuk seluruh BLOOFERS…
wah... emang2 bener2 penulis kreatif kang Ridwan ini, dalam sekejab bisa menggoreskan apa yang ada di pikiran dan hati menjadi suatu karya yang ciamik..
BalasHapussalut... salut...
makasih atas komen dan doanya kang, mari terus berkarya agar dunia tahu kita ada.... :)
HapusAda nama ku....
BalasHapushehehe :)
ada aisyah di sana.... :)
Hapusvery nice story, ^^
BalasHapusthanks.... :)
Hapuswuahhh gudang inspirasi...kyak sulap, bgitu direquest sm emi...
BalasHapusTINGG lngsung jadi,..hebattt^^
wegegegegegege, kapan kapan aku harus belajar sama romi rafael neh kayaknya, biar sulapanku bisa lebih manteb... :D
Hapusmakasih sudah berkunjung...
huwaaaaaaaaaaaa..............kereeeeeeeeeeeeeeennnnnnnnnnnnn..
BalasHapusterharu bacanya, subhanalloh om kreatip banget. ini mah harus dibukukan. btw, itu Aulia nama ku apa nama kang Aul yak??
*ge-er euy ada namany terpampang
wah, ada kereta api lewat nih.... :)
Hapuskalau aulia, terserah deh mau yang mana juga boleh.... :D
bisa gitu imajinasinya mas.. Sangat sangat terlihat sekali kemahiran dirimu dalam membuat sebuah cerita. Bloofers memang tdak ada penghalang, penghalang yang senior maupun yang junior. Karena kita adalah Bloofers.
BalasHapusdengan terus belajar kang, kita bisa menjadi apapun yang kita mau. mari terus belajar dan berusaha kang... :)
Hapusterimakasih sudah menghimpun kami dalam persahabatan yang indah di BLOOF,....
salam bloofers kecil
BalasHapushttp://mahfudzalfawwaz.blogspot.com/
salam bloofer juga.....
HapusWow, cerita ini bener2 pernah kejadian kah? Kayaknya keren tuh kalo kopdar bisa sambil liat pelangi, hehehe...
BalasHapusitu foto dari temen bloofer kita beneran, tapi diambil pas kopdar atau gak, aku gak tahu. aku cuma di minta bikin cerpennya aja....
Hapusini kopdar bloofers ya yg diangkat ke cerpen?... wah kyyeenn..
BalasHapussayang, nggak q ada.. hehe
kapan kapan hadirlah di kopdar, biar kamu ada di sana .... :)
Hapuswiiiiiiiiii...so sweeeeettt...
BalasHapusitu pasti poto akuuu...#maksaaa..:))
mari bertanya pada kang Muhaimin Tawwa, sang empunya foto .... :D
Hapuskerennnnnnnn dan terharuuu hiks
BalasHapusini....
Hapus*** sodorkan tisu buat tia .... :)
makasih sudah berkunjung ke mari, tia...
Mas, ajarin aku dong buat fiksi begini..
BalasHapusMaklum, aku penggemar non fiksi yang ingin hijrah ke fiksi nih..
Benar2 keren, mas :)
Four thumbs deh ^_^
kuncinya adalah, sukalah membaca karya orang yang sudah bagus. referensiku, cerpen kompas online. trus juga jangan pernah berhenti untuk terus mencoba menulis. tulis tulis dan tulis, suatu saat, kita akan jadi terbiasa ...
Hapusselamat berkarya ...
assalamu'alaikum kang ridwan... saya baru mmPir Afwan yah?
BalasHapushehheh
hmmm... tulisannya bagus ternyata... saya senang tiba2 ternyata krna kita kesatuan
waalaikumsalamwarohmatullahiwabarokatuh ....
Hapusterimakasih sudah menyempatkan diri mampir ke sini ....
waw....
BalasHapusmoga persahabatannya berkah insyaAllah
amin....
HapusBerkarya agar dunia tahu kita ada.... Sendu jadinya... Dan menimbulkan tanda tanya besar berikutnya "apakah dunia tahu kita ada?"
BalasHapusAku juga tak berbeda dengan yang lainnya, mengagumi sosok bersahabat seperti kakak. Yang mengabadikan momen dan kisah dalam rangkaian kata, lalu membaginya bersama tokoh-tokoh dalam ceritamu itu... Sungguh sensasi luar biasa ketika membayangkan bisa melakukannya juga suatu hari nanti.
Pertanyaan besar, tentang apakah dunia telah menganggapku ada, akhirnya menjadikan aku sebagai penanya yang belum kunjung percaya diri. Apakah aku pernah telah memberikan satu perbedaan kecil bagi tempat aku memijak mimpi dan harapan... apakah aku semata parasit yang seringkali lupa pada muasal aku berada.... Aku bertanya besar jadinya, dan tentu, inspirasi kakak lewat quote kakak itu, telah menjadikan aku sebagai sosok yang ingin sekali lagi mencoba... Aku ingin sekali lagi mencoba, memberikan pengaruh pada duniaku.. Ingin mencobanya lagi
walaupun dunia tidak pernah menganggap kita ada, atau tidak penah mengenal keberadaan kita, bagaimanapun juga kita ada, dan tidak bisa di pungkiri oleh apapun. hanya, terkadang kita butuh untuk mengaktulaisakaikan keberadaan kita...
Hapusmari terus bergerak menuju perubahan ...
Asslmu'alaikum. cerpennya bagus.. salam kenal mas..
BalasHapussaya ini sbnrnya. baru belajar dalam menulis.. ingin menulis cerpen tapi kesulitan kalau membuat alur cerita layaknya cerpen..bisa ngasih tips gak.. gmna menggabungkan alur2 yang ada..terkadang pun membuat nya susah mencari "Klimax"..diakhir yang susah ditebak..terima kasih atas jawabnnya..oh ya..kalau sekrg baru bikin artikel2 yg biasa2 aja
kalau trik dari aku sih, sukalah membaca, pelajari bagaimana cara mereka bercerita, pasti suatu saat kamu akan bisa menulis dengan baik dengan banyak berlatih...
HapusWah... keren...
BalasHapussalam bloofers ^^
salam bloofers juga ... ^_^
Hapusoi ya mas, gimana cara bikin cerpen agar ceritanya runtut gk loncat2, terus penggamabarannya juga runtut gitu?
BalasHapusbanyak baca cerpen cerpen yang bagus untuk referensi. kalau boleh menyarankan, coba baca cerpen kompas online. setelah buat, endapkan dulu, baru nanti di edit lagi ....
Hapusselamat berkarya....
saya juga sering baca cerpen kompas. Ya, meskipun banyak yang mengkritik editornya. Tapi kadang2 saya bingung setelah baca. Buat saya bahasanya terlalu "Mumbul", tinggi bgt. Tapi kelebihannya cerpen kompas membuka komentar dan banyak yang komentar. Klo dari koran2 yang lain saya dapet di : http://lakonhidup.wordpress.com/
BalasHapusgak harus di kompas, di manapun, di media cetak juga bisa, semisal majalah remaja yang banyak cerpennya. makasih sudah kasi link ya, mari belajar bersama ...
Hapusini pelangi yang indah (sangaaat) :)
BalasHapusPelanginya masih ada ga...? Aku juga mau foto niih...
BalasHapus